3 Sektor Bisnis Tahan Resesi Pandemik : Konsumsi, Telekomunikasi, dan Farmasi

Sektor usaha yang diperkirakan masih bisa bernafas adalah sektor konsumsi, telekomunikasi, dan farmasi. Sesulit apapun keadaan maka kebutuhan pangan tak dapat ditunda. Mungkin hanya ada pergeseran dalam jenis produk dan jenis transaksi atau distribusinya.

3 Sektor Bisnis Tahan Resesi Pandemik : Konsumsi, Telekomunikasi, dan Farmasi
tanihub/ net

MONITORDAY.COM  - Tak hanya penderita Covid-19 yang susah bernafas, bisnis pun kena imbasnya. Mereka yang bergerak di sektor transportasi dan otomotif terkena imbas yang paling menyesakkan dada. Dari ojek daring hingga maskapai penerbangan merasakan minim bahkan berhentinya sumber pemasukan.

Tidak ada data pasti jumlah ojek daring. Diperkirakan mencapai 2,5 juta mitra pengemudi dengan separuh di antaranya atau 1,25 juta ada di Jakarta. Nasib yang sama tentu juga dialami jasa transportasi lainnya. Angkot dan Bus Antar Kota Antar Provinsi. Para sopir angkutan lingkugan dan angkutan jauh sulit untuk bertahan apalagi di tengah pembatasan.

Sektor usaha yang diperkirakan masih bisa bernafas adalah sektor konsumsi, telekomunikasi, dan farmasi. Sesulit apapun keadaan maka kebutuhan pangan tak dapat ditunda. Mungkin hanya ada pergeseran dalam jenis produk dan jenis transaksi atau distribusinya.

Ada banyak lapak luring atau konvensional yang tutup imbas sepinya pelanggan. Juga pasar-pasar basah yang sepi akibat pembatasan-pembatasan tertentu. Namun pelaku bisnis yang memiliki kemampuan untuk melayani pelanggannya secara daring atau menjemput bola mengantarkan dagangannya ke rumah pelanggan masih bisa menjalankan usahanya.  

Pemerintah dan kalangan swasta dibutuhkan kehadirannya untuk menjembatani perpindahan model transaksi dari luring ke daring. Warung sembako dan tukang sayur menjadi mitra yang bisa diberdayakan. Sehingga dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan akan lebih optimal.

Di setiap lingkungan yang memiliki inisiatif untuk melakukan belanja bersama pengelolaannya dapat dioptimalkan sehingga kualitas produk dan harga dapat dikendalikan. Jika koperasi-koperasi konsumen bisa terbentuk akan semakin menunjang geliat sektor konsumsi dan mengatasi berbagai kendala di saat krisis.

Beberapa aplikator belanja daring sudah mulai menjalankan bisnisnya jauh sebelum wabah Covid-19 menyerang. Namun akses mereka belum sampai ke pelaku bisnis di pasar basah. Dengan kata lain belanja di pasar basah yang relatif murah masih menjadi pilihan banyak orang. Terbatasnya pilihan produk, belum luasnya jangkauan layanan, dan harga terutama terkait biaya pengiriman masih menjadi hambatan bagi sederat aplikasi ini.

Pilihan kerjasama antara lapak daring dan luring menjadi salah satu alternatif yang paling mungkin. Warung-warung yang ada dibantu untuk memperkuat data kebutuhan pelanggan. Para pemasok dapat lebih optimal dalam penyediaan barang. Pun demikian dengan para agen yang berada diantara pemasok dan retail ini.

Warung-warung sembako yang ada di pasar dan lingkungan perumahan relatif belum menggunakan fasilitas pendingin dan kemasan produk yang memadai. Ini menjadikan banyaknya sampah pangan dan tentu saja inefisiensi.

Sektor telekomunikasi menjadi tulang punggung berbagai aktifitas yang berpindah dari luring ke daring. Kualitas layanan dan harga yang kompetitif tentu menjadi daya tarik bagi pelanggan.

Sementara sektor farmasi relatif lebih mudah dipetakan. Apotek daring yang ada belum cukup populer. Namun bila keberadaannya semakin mampu memberikan layanan dengan kualitas yang baik tentu akan menjadi pilihan bagi pelanggan untuk beralih. Orang yang perlu obat tak perlu antre lagi di apotek.