149 Klaster Sekolah Ditemukan di Jabar, Ridwan Kamil: Jangan Sampai Anak Dikorbankan

149 Klaster Sekolah Ditemukan di Jabar, Ridwan Kamil: Jangan Sampai Anak Dikorbankan
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil/ Istimewa.

MONITORDAY.COM - Sebanyak 149 klaster COVID-19 sekolah ditemukan selama Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Jabar.

Berdasarkan laporan yang dirilis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) per Kamis (23/9/2021) pukul 16.00 WIB. Sebanyak 1.152 PTK dan 2.478 peserta didik yang positif COVID-19.

Gubernur Jabar, Ridwan Kamil berpendapat, apabila ada kasus positif COVID-19 di sebuah sekolah, maka prosedurnya PTM di sekolah tersebut dihentikan terlebih dulu. Lalu, tim satgas setempat akan melakukan penelusuran kontak erat atau tracing. 

"Tadikan SOP-nya jelas, kalau ada klaster di sekolah saya sudah perintahkan dihentikan, diteliti, di-tracingkan itu kan udah prosedur, jangan sampai anak dikorbankan. Tapi kalau enggak dibuka PTM, jumlah sekolah banyak sekali kita kan sudah tidak buka setengah tahun, mudorotnya kan juga banyak sekali ya, jadi kita situasional," kata Ridwan Kamil di Gedung DPRD Jawa Barat, Kota Bandung, Kamis (23/9/2021).

Lebih lanjut, Ridwan Kamil menyebutkan, jumlah klaster yang ditemukan presentasenya sangat kecil dibandingkan dengan jumlah sekolah yang dibuka di Jabar yang mencapai belasan hingga puluhan ribu.

"Sehingga SOP-nya tolong dilaksanakan dan sudah saya perintahkan hentikan PTM, cek semua guru sekolah, lingkungannya sampai terlacak semuanya dengan sistem tracing," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jabar (Disdik Jabar), Dedi Supandi menyebutkan, ada empat fenomena negatif bagi anak yang ditemukan selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilaksanakan.

Keempat fenomena negatif itu yakni anak yang dipekerjakan oleh orang tua atau pekerjanya. Kemudian, pihaknya juga mendapatkan laporan terkait kekerasan anak di rumah.

Namun, Dedi tak menapik, ada juga fenomena pernikahan dini bagi anak-anak karena pandemi COVID-19 ini. Selanjutnya, adanya kasus anak yang putus sekolah atau tak bisa mengakses pendidikan karena sinyal internet yang terbatas.