Wapres Ajak Ulama Berjuang Bersama Pemerintah Tangani Pandemi Covid-19

MONITORDAY.COM - Wakil Presiden (Wapres), Ma'ruf Amin mengajak para ulama untuk berjuang bersama pemerintah menangangani pandemi Covid-19. Pasalnya, kasus Covid-19 setiap harinya mengalami lonjakan.
"Pertama atas nama pemerintah, kedua atas nama sahabat daripada para ulama, saya ingin mengajak sahabat-sahabat saya semua, untuk bersama-sama pemerintah menanggulangi bahaya Covid-19 yang demikian besar dan dahsyatnya," kata Ma'ruf Amin dalam keterangan pers yang diterima redaksi, Selasa (13/7/2021).
Demikian disampaikan Ma'ruf Amin dalam acara bertajuk “Peningkatan Peran Ulama dan Tokoh Agama Islam Dalam Mendukung Pelaksanaan PPKM Darurat Covid-19” digelar Senin (12/7/2021).
Turut hadir secara virtual dalam acara ini Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri Muhammad Hudori dan sejumlah Ormas Islam diantaranya KH Amirsyah Tambunan Sekjen MUI yang juga Tokoh Muhammadiyah, Ketua Umum PP Rabithah Alawiyin Habib Zein bin Smith, KH Marsudi Syuhud, Wakil Ketua Umum MUI/Ketua PBNU dan Ketua Dewan Syura PP Al Irsyad Al-Islamiyah KH Abdullah Jaidi, Wakil Ketua Umum PP PERSIS (Persatuan Islam) KH Jeje Zainudin, Pengasuh Pesantren Cendekia Amanah Depok KH Cholil Nafis, serta Dosen UIN Jakarta KH Asrorun Niam dan Pimpin Majelis Rasulullah Habib Nabiel Al Musawa dan Ketua Dewan Pertimbangan PP Al Washliyah KH Yusnar.
Pada kesempatan itu, Wapres didampingi oleh Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, Staf Khusus Wapres Masduki Baidlowi, Masykuri Abdillah, Lukmanul Hakim, dan Bambang Widianto, serta Asisten Staf Khusus Sholahudin Al Aiyub dan Saiful Huda.
Ia menyebutkan bahaya Covid-19 di Tanah Air saat ini sedang menghawatirkan. Adapun korban semakin banyak berjatuhan termasuk dari kalangan paramedis dan ulama.
"Tenaga kesehatan yang wafat karena Corona per 6 Juli 2021, telah mencapai 1.000 (orang) lebih, tenaga dokter sebanyak 405 orang, perawat sejumlah 399 orang, 166 bidan, 43 dokter gigi, 32 ahli tenaga laboratorium (ATLM), 9 apoteker, 6 petugas rekam radiologi," ungkap Ma'ruf Amin.
"Selain itu, lebih dari 541 ulama meninggal karena Covid-19, yang terdiri dari 451 laki-laki dan 90 perempuan," sambungnya.
Menurut dia, mencetak dokter dan paramedis lainnya tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama.
"Untuk jadi dokter itu tidak mudah, bukan satu atau dua tahun. Tapi sekarang banyak jadi korban. Ini juga kehilangan besar. Mencetak ulama itu tidak gampang, tidak mudah juga," ungkapnya.
Selain itu, Wapres juga menyesalkan saat ini masih ada masyarakat tidak patuh protokol kesehatan sehingga menjadi salah satu pemicu naiknya kasus Covid-19.
"Dari laporan Satgas (Covid-19) bahwa di antara yang menyebabkan tingginya (kasus Covid-19), antara lain kurang patuhnya masyarakat melaksanakan protokol kesehatan, kurang patuhnya menggunakan masker, dan kurang patuhnya menaati jaga jarak," jelasnya.
Di sisi lain, Ma'ruf Amin mengatakan banyak juga masyarakat yang belum mau ditesting dan divaksin, serta sudah tahu dirinya positif Covid-19 tetapi enggan melakukan isolasi mandiri.
"Pemerintah sekarang juga pontang-panting menyiapkan perawatan, sampai banyak sekarang yang pasang tenda rumah sakit, kekurangan oksigen, kekurangan tenaga kesehatan, sebenarnya ini bertumpuk-tumpuk masalah yang dihadapi," ungkapnya.
Oleh karena itu, Wapres menyebutkan tugas para ulama saat ini melindungi masyarakat dengan cara mengimbau agar terus mematuhi aturan pemerintah. Hal itu sering dalam menyongsong Hari Raya Idul Adha 1442 H yang masuk dalam periode Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
"Kita ajak masyarakat untuk mematuhi, mengikuti ajakan pemerintah, termasuk juga saya minta nanti sesuai dengan ketentuan, jangan melakukan kerumunan termasuk salah satunya yaitu melakukan shalat Idul Adha baik di masjid maupun di luar masjid, sampai keadaan nanti sudah memungkinkan lagi" ujarnya.
Lalu, Ma'ruf Amin mengajak para ulama untuk menjaga umat dari berita-berita bohong (hoaks). Menurutnya, di era post truth sekarang ini banyak masyarakat yang tidak bisa membedakan antara informasi yang benar dan yang tidak benar.
"Termasuk informasi bahwasanya Covid-19 adalah konspirasi, padahal ini nyata. Oleh karena itu, saya menamakan era ini (sebagai) “istibah” yang artinya terserupakan, sehingga orang bisa keliru, bisa salah menerima kalau tidak teliti, tidak tabayyun," paparnya.
Sementara itu, Ketua Umum MUI KH Miftachul Akhyar menyampaikan bahwa tugas ulama di masa pandemi ini bukan hanya menjelaskan kepada umat bahwa virus ini adalah ujian. Namun juga menghadapi orang-orang yang menyebarkan berita-berita bohong (hoaks) yang disebutnya sebagai virus-virus fitnah di tengah masyarakat.
“Semoga pertemuan ini betul-betul membawa pencerahan dan pada akhirnya dengan upaya yang maksimal ini, Allah segera mengangkat musibah yang berat ini, dan segera anak bangsa yang tercinta ini bisa mengalami kehidupan yang normal,” harapnya.