Usai Idul Fitri 1442 H,Prof Dahlan: Pentingnya Penguatan Nilai Bermuhammadiyah

Usai Idul Fitri 1442 H,Prof Dahlan: Pentingnya Penguatan Nilai Bermuhammadiyah
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Cirebon, Prof. Dr. Ahmad Dahlan

MONITORDAY.COM - Agama Islam diartikan oleh Muhammadiyah adalah apa yang tertuang dalam al-Qur'an dan Hadits Shahih (Sunnah Maqbulah) yang di dalamnya terkandung perintah, larangan dan petunjuk bagi keselamatan hamba di dunia dan akherat. Inilah yang menjadi penguatan nilai bermuhammadiyah. 

Hal ini disampaikan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Cirebon, Prof. Dr. Ahmad Dahlan saat memberikan tausyiah di Silaturahim PCM dan Amal Usaha Up di Masjid Darussalama SMA Muhammadiyah Kedawung, Ahad (13/6/2021). 

" Untuk kedua kalinya, kita mengalami Ramadan dan Lebaran di masa pandemi yang belum mereda. Sejumlah tradisi khas bulan suci tak banyak terlihat.  Pandemi COVID-19 membuat berbagai tradisi tak berjalan seperti biasanya.  Namun demikian, ada satu tradisi yang tak mungkin absen dalam kondisi apa pun. Apa itu? silaturahim. Dalam islam, silaturahim sangat penting," ucap Ketua PDM yang akrab disapa Prof Dahlan. 

Dalam Muhammadiyah, kata Prof Dahlan, Al-Qur'an dan Sunnah Maqbulah adalah sumber utama yang harus diyakini sebagai pedoman kepribadian dalam kehidupan di dunia untuk menuju kehidupan di akhirat. 

Muhammadiyah mengajak kepada umat Islam untuk menjadi masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah (masyarakat yang sebenar-benarnya).

Sambung Prof Dahlan, konsekuensi logisnya, kehidupan teologis harus bersih dari syirik, tahayul, kurafat serta indikasi membuat syari'at baru yang tidak berakar kepada sumber utama ajaran Islam (bid'ah).

Oleh misi ini, Muhammadiyah menyebutnya kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah.

Tetapi berkembang kegagalan faham di masyarakat tertentu bahkan di kalangan Muhammadiyah tertentu bahwa seakan Muhammadiyah oleh seruan kembali kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah dalam konteks membangun budaya litersi sebut saja begitu, Muhammadiyah menafikan referensi klasik keagamaan baik dalam tataran teologis maupun fiqih. 

Sehingga begitu terkesan bahwa Muhammadiyah saat menyatakan "tidak bermadzhab", Muhammadiyah dalam konteks fiqih tidak menjadikan empat madzhab dalam fiqih sebagai referensi setelah  referensi utama (al-Qur'an dan Sunnah).

Lantas apa misi dari digelarnya pengajian ini. Prof Dahlan hanya ingin memastikan 2 hal penting. Diantaranya sebagai berikut:

  1. Muhammadiyah kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah maksudnya bahwa sumber utama ajaran Islam sebagaimana lazimnya yaitu al-Qur'an Sunnah.
  2. Muhammadiyah tidak bermadzhab dalam hukum Islam (fiqih) msksudnya bahwa Muhammadiyah tidak mengikuti secara mutlak kepada salah satu madzhab tetapi mengikuti semua madzhab yang empat Berdasar pada QS. Al-Zumar ayat 14

Di penghujung acara, Prof Dahlan memberikan apresiasi kepada seluruh Ortom yang sudah hadir di kegiatan yang digelar secara blended (offline dan online).