UMKM dan Ekspor Kepiting Bakau ke Singapura

UMKM dan Ekspor Kepiting Bakau ke Singapura
Kepiting Bakau/ net

MONITORDAY.COM - Kepiting punya nilai jual tinggi. Apalagi kepiting bakau. Namanya di wilayah Indo Pasifik sangat beragam. Di Jawa, masyarakat mengenalnya dengan nama umum kepiting, sedangkan di wilayah Sumatera, Singapura dan Malaysia dikenal sebagai ‘Ketam Batu’, ‘Kepiting Cina’, atau ‘Kepiting Hijau’. Kepiting ini juga lebih dikenal dengan nama ‘Kepiting Lumpur’ (Kasry, 1996). Dalam bahasa Inggris kepiting ini dikenal sebagai mangrove crab atau mud crab.

Yang menggembirakan adalah UMKM di  Gorontalo, yaitu UD Mulia Abadi, yang menembus pasar Singapura dengan mengekspor sebanyak 447 ekor kepiting bakau hidup. Kepiting ini memang cukup sulit dibudidayakan dan lebih banyak hidup di alam. 

Kepiting bakau adalah sejenis kepiting yang hidup di ekosistem hutan bakau dan estuaria, anggota suku Portunidae. Kepiting yang mempunyai nilai ekonomis penting ini didapati di pantai-pantai pesisir Afrika, Asia dan Australia. Dalam bahasa Inggris ia dikenal sebagai mangrove crab, mud crab, dan juga Indo-Pacific swamp crab.

Kepiting dengan karapas bentuk bundar telur, lebih lebar daripada panjang, permukaan karapas halus, lokos, dan agak mencembung; lekuk gastro-kardiak samar-samar hingga sedang dalamnya. Sisi muka karapas (front margin, di antara dua mata) jelas terpisahkan dari rigi-atas mata (supraorbital margin), terbagi atas empat taju yang bervariasi dari gerigi yang rendah dan tumpul hingga yang tinggi dan tajam serupa duri

Kaki-kakinya kokoh, tiga pasang yang pertama serupa bentuknya, sepasang yang terakhir dengan ruas ujung serupa dayung. Abdomen pada yang jantan ramping, ruas ke-3 hingga ke-5 menyatu; pada yang betina melebar. Warnanya bervariasi dari spesies ke spesies.[4]

"Kita bersyukur, berkat sinergi dan kerja sama yang intens antara BKIPM, pelaku usaha dan Bea Cukai, kesempatan ekspor kini semakin terbuka, termasuk oleh UMKM," kata Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Rina dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.

Rina berharap ekspor 447 ekor kepiting bakau hidup dari UMKM Gorontalo ke pasar Singapura itu menjadi awal yang baik dan diharapkan ekspor dari Gorontalo kian meningkat ke depannya.

Sementara itu, Kepala SKIPM Gorontalo Hamzah memaparkan selama Februari 2021 telah terlaksana 25 pengiriman produk perikanan dari Gorontalo ke pasar ekspor, dengan total volume mencapai 4.708,6 kg senilai 19.298,78 dolar AS.

"Jepang dan Singapura menjadi dua negara tujuan utama ekspor dari Gorontalo," katanya.

Khusus Jepang, frekuensi pengiriman pada Februari mencapai 10 kali dengan jumlah 2.561,2 kg komoditas nonhidup. Nilai produk perikanan ke Negeri Sakura tersebut mencapai 10.285,55 dolar AS.

Kemudian, ke Singapura, telah dilakukan 15 kali pengiriman dengan jumlah sebanyak 2.147,4 kg komoditas nonhidup. Nilai ekspor ke Singapura pada Februari mencapai 9.013,22 dolar.

Dari sisi komoditas, Hamzah menyebut yang dominan diekspor selama Februari ialah ikan tuna.

Dia menegaskan jajarannya akan terus memberikan pelayanan optimal agar pelaku usaha semakin semangat dalam melakukan ekspor.

Sebelumnya, KKP mendorong usaha unit pengolah ikan (UPI) dapat memperbanyak ekspor ke banyak negara dari sebesar 157 negara yang telah bermitra dalam perdagangan dengan Indonesia.

Rina memaparkan bahwa sebanyak 2.191 UPI telah terdaftar ke negara mitra pada 2020. UPI tersebut bisa melakukan ekspor ke 157 negara yang telah bermitra dengan Indonesia.

Ia mengungkapkan bahwa jumlah tersebut mengalami peningkatan sebanyak 11,63 persen dibandingkan tahun sebelumnya, khususnya untuk negara Republik Rakyat Tiongkok.

"Hal ini disebabkan oleh tingginya minat UPI untuk melakukan ekspor ke Tiongkok," kata Kepala BKIPM KKP.

Rina menjabarkan registrasi UPI ke negara mitra tersebut di antaranya, 173 atau 7,9 persen di kawasan Uni Eropa, kemudian 173 atau 7,9 persen ke Norwegia, 544 atau 24,83 persen ke Korea Selatan, dan 563 atau 25,7 persen ke Tiongkok.

Kemudian, 466 atau 21,27 persen ke Vietnam, 238 atau 10,86 persen ke Kanada, 15 atau 0,68 persen ke negara Eurasia, dan 19 atau 0,87 persen ke Arab Saudi.

"Tentu ke depan, kita akan terus tingkatkan jumlah keberterimaan UPI ke negara-negara mitra," ujarnya