UMC Gelar Workshop Penyusunan Kurikulum dan Implementasi MBKM, Ini Pesan Rektor Arif Nurudin

UMC Gelar Workshop Penyusunan Kurikulum dan Implementasi MBKM, Ini Pesan Rektor Arif Nurudin
Rektor UMC, Arif Nurudin, M.T (Dok: Tim Humas UMC)

MONITORDAY.COM - Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) menggelar "Workshop Penyusunan Kurikulum dan Implementasi Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM)" di Patra Hotel Cirebon, Selasa-Rabu (14-15/9/2021)

Adapun akademisi kawakan yang dihadirkan UMC yakni Dr. Cartono, S.Pd.,M.Pd.,MT dari Universitas Pasundan (Unpas), Prof. Ir. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU, ASEAN Eng (Universitas Gadjah Mada /UGM) dan  Prihandoko, S.Kom, MIT, PhD (UGM).

Rektor UMC, Arif Nurudin, M.T berharap masukan dari pakar sangat penting untuk pembobotan penyusunan kurikulum MBKM yang bisa diterapkan di UMC.

“Silakan Bapak/Ibu Ketua Program Studi dan Dekan manfaatkan kesempatan bersama para pakar untuk penyusunan dan seperti apa implelementasi kurikulum MBKM ini,” tutur Arif saat memberikan sambutan. 

Arif mengungkapkan, standar nasional pendidikan tinggi beberapa tahun terakhir terus mengalami perubahan hingga dikeluarkannya kebijakan terkait MBKM.

Dengan MBKM,  mahasiswa diberikan kemerdekaan untuk mendapatkan pengalaman belajar serta kompetensi baru melalui pembelajaran di luar prodinya. 

Menurut Arif, hal ini penting untuk disingkronisasikan dengan kurikulum pembelajaran yang akan digunakan, sebab kurikulum adalah roh dari program pembelajaran. 

Untuk itu, Arif menekankan, pentingnya integrasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan Research Based Education atau Pembelajaran Berbasis Riset. 

Workshop hari ini, ujar Arif, bakal memperkuat roadmap kurikulum UMC yang senafas dengan MBKM.

Tak lupa, Arif memberikan apresiasi kepada seluruh tim, mulai dari Warek 1, 2 serta 3, Ketua Panitia, Kaprodi IPA, Kaprodi Tekhnik Informatika, Kaprodi Peternakan, Ketua Panitia, Ketua Task Force MBKM UMC serta seluruh civitas akademika UMC yang konsisten mengukir prestasi melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi.

" Indikator akademisi adalah menghasilkan karya melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi bukan yang lain, performa itu tampak jika diasah dengan kapasitas yang mumpuni dan integritas yang teruji. Dari situlah menjadi baseline untuk menyusun Kurikulum MBKM yang tidak hanya sekedar memenuhi syarat formalistik, namun ada makna filosofis dan tahapan prosedural akademis yang mesti dilalui. Kita gali dan serap ilmu dari ketiga pakar yang sudah hadir di UMC ini," pesan Rektor UMC.

" Sebenarnya, Muhammadiyah sudah mengenal lama MBKM. Bahkan boleh dikata, pelopor dan pelaku. Kiai Dahlan sudah meletakkan itu jauh sebelum hadirnya MBKM ini," tambah Arif.

Arif pun meminjam konsep terminologi Muhammadiyah dalam memaknai merdeka belajar yang disampaikan oleh  Dr. Arbaiyah Yusuf.

Dalam mengembangkan pendidikan, Muhammadiyah berpegang pada empat terminologi. Yang itu diimplementasikan secara konsisten dan sinergis untuk dapat menghasilkan output pendidikan yang berkemajuan tanpa meninggalkan nilai-nilai religius dalam pribadi generasi penerus.

Pertama, tarbiyah. Berasal dari kata rabbah yurabbi yakni pengasuhan. Mengasuh untuk membebaskan dari ketidaktahuan tentang hidup, mengenalkan talenta, dan mengembangkan spiritualitas sehingga selain cerdas secara keilmuan jug cerdas dalam nilai-nilai ketuhanan.

Kedua, taklim berarti proses pembelajaran. Berasal dari kata ‘alama yualimu. Sehingga dalam proses pendidikan tentu harus ada proses transfer ilmu. Di mana pendidikan dalam Muhammadiyah diarahkan untuk menghasilkan generasi yang tidak hanya pintar tetapi memiliki penguasaan ilmu yang baik dan benar.

Ketiga, takdib atau implementasi adab. Berasal dari kata addaba yuaddibu. Poin ini kaitannya dengan membangun peradaban. Pembebasan dari kondisi yang kurang beradab dari segi ilmu, seni, ekonomi, politik, dan seluruh aspek kehidupan sehingga menghasilkan masyarakat yang beradab.

Keempat, tazkiyah atau pembersihan atau penghalusan. Membersihkan dan membebaskan diri dari hati yang kurang baik. Terbebas dari kesombongan, hasut, serta akhlak mazmumah. Pembersihan ini menunjukkan bahwa pendidikan menghaluskan akal budi.

Lebih lanjut, Arif menjelaskan bahwa keempat konsep diatas menjadi penegasan bahwa betapa integrasi Tri Dharma dengan Pembelajaran Berbasis Riset menjadi sangat penting.

Jika keduanya menyatu dengan memperhatikan cara, teknik, aturan, strategi operasional, hingga memenuhi persyaratan dan penilaian akreditasi, maka bakal memberikan dampak luaran kurikulum yang on target. 

Untuk diketahui, workshop kurikulum ini merupakan lanjutan dari proses penyusunan kurikulum yang dilakukan secara bottom-up,  yaitu dimulai dari rapat perumusan kurikulum pada tingkat minat.

Workshop bakal dilanjutkan dengan penyusunan kurikulum pada masing-masing prodi dan jurusan hingga nantinya bakal menghasilkan draft kurikulum yang dibahas dan disempurnakan pada workshop tingkat Fakultas.