Tiga Keuntungan Besar Indonesia Jadi Presidensi G20

MONITORDAY.COM - Indonesia terpilih menjadi presidensi Group of Twenty (G20) pada tahun 2022. Penyerahan presidensi telah dilakukan pada sesi penutupan KTT G20 Roma yang berlangsung di La Nuvola pada Minggu, (31/11) lalu.
Penyerahan secara simbolis dilakukan oleh Menteri Italia Mario Draghi dengan menyerahkan palu kepada Presiden Jokowi. Dengan ini, Indonesia akan menjadi Presidensi mulai 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022.
Presidensi di G20 ini dinilai akan dapat mendatangkan keuntungan besar bagi Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, ada tiga manfaat besar yang akan diperoleh Indonesia sebagai presidensi G20.
"Presidensi G20 setidaknya ada tiga manfaat besar yang bisa diperoleh Indonesia, baik dari segi ekonomi pembangunan sosial, maupun manfaat dari segi politik," kata Airlangga, dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.
Aspek ekonomi, kata Airlangga, beberapa manfaat langsung antara lain peningkatan konsumsi domestik yang diperkirakan bisa mencapai Rp1,7 Triliun, penambahan PDB hingga Rp.7,47 triliun, dan pelibatan tenaga kerja sekitar 33.000 di berbagai sektor.
"Diharapkan secara agregat ini akan 1,5- 2 kali daripada efek yang dicapai dalam pertemuan IMF Worldbank di tahun 2018 yang lalu. Karena pertemuan ini berjalan sekitar 150 pertemuan selama 1 tahun selama 12 bulan," kata Airlangga.
Selain itu, Airlangga mengungkapkan, Presidensi G20 bagi Indonesia juga menjadi momentum untuk menampilkan keberhasilan reformasi struktural ke mata dunia.
"Antara lain dengan undang-undang Cipta kerja, dan tentunya ini akan mendorong confidence dari investor global untuk percepatan pemulihan ekonomi dan juga mendorong kemitraan global yang saling menguntungkan," jelasnya.
Sementara dari aspek pembangunan sosial, Airlangga mengungkapkan, salah satunya Indonesia dapat berpeluang mendorong topik terkait dengan produksi dan distribusi vaksin.
"Dan kita terus mendorong agar vaksin ini menjadi Global public goods dan juga aksesibilitas bagi masyarakat Indonesia dan negara berkembang yang berpendapatan rendah," tuturnya.
Adapun manfaat di aspek politik, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan, Indonesia dapat memperjuangkan kepentingan negara berkembang dan kelompok rentan, tidak hanya negara G20 saja.
"Ini memang merupakan DNA politik luar negeri Indonesia, jika kita melihat beberapa tahun ke belakang saat kita menjadi anggota dewan keamanan PBB, Indonesia secara konsisten menjadi bagian dari solusi menjembatani perbedaan dan selalu menyuarakan kepentingan negara berkembang, dan peran ini akan kita lanjutkan Pada saat Indonesia memegang presidensi G20," ujarnya.
"Indonesia akan memberikan perhatian besar kepada negara berkembang di Asia-Afrika dan Amerika Latin termasuk negara-negara Kepulauan kecil di Pasifik dan Karibia," lanjut dia.
Retno menjelaskan, dalam beberapa tahun ke depan, kondisi geopolitik diperkirakan masih ada rivalitas antara kekuatan besar dan defisit trust masih menonjol. Karena itu, selama presidensi Indonesia di G20, akan mengutamakan pulih bersama.
"Pulih bersama diperlukan spirit solidaritas kerjasama kolaborasi kemitraan dan inklusivitas. Dan Inklusivitas tentunya akan menjadi salah satu kata kunci dalam presidensi G20 Indonesia," ungkapnya.