Soal Pemuda Muhammadiyah Negarawan, Ini Advice Prof Mukti di Baitul Arqam Paripurna

MONITORDAY.COM - Muhammadiyah lahir sebagai gerakan pembahruan dan pencerahan. oleh karena itu jika ada kebijakan publik yang dirasa kurang tepat, maka Pemuda Muhammadiyah harus tampil dengan gagasan yang konstruktif, berikan kritik juga disertai dengan solusi.
Hal ini akan membedakan dan meningkatkan reputasi dan kehormatan Pemuda Muhammadiyah negarawan dan yang lainnya.
Demikiankan kajian pembuka oleh Ketua Komisi Yudisial, Prof Mukti Fajar kepada peserta Baitul Arqam Paripurna (BAP) PP Pemuda Muhammadiyah dengan tema "Pemuda Negarawan Untuk Indonesia Berkemajuan dan Berkeadilan" via virtual zoom di Fox Haris Hotel Pangkalpinang Provinsi Bangka Belitung, dari Jumat hingga Ahad (26-28/11/2021).
"Jangan sampai defisit Pemuda yang negarawan, cara berpikir pemuda ini adalah why and how, berupaya menganalisa setiap masalah, kemudian mencari solusi. Yang terlontar dari ucapannya tidak hanya sebatas intellectual exercise, tapi implementatif ideas," ungkap Prof Mukti.
Prof Mukti mengimbau kepada Pemuda Muhammadiyah untuk senantiasa update dengan situasi dan kondisi yang cepat sekali berubah di era disruptif Revolusi 4.0.
Karenanya, pemikiran yang mengedepankan logical advanced dan digital based minded diperlukan dengan terus meningkatkan kapasitas dan komunikasi dengan berbagai pihak.
" Bijak bermedsos cerdas berinformasi. Harus melek social media, miliki instagram, twitter, facebook dan pastikan berapa followernya. Yang tentunya berdampak baik. Manfaatkan zoom, google meet dan lain sebagainya yang sangat penting di masa pandemi ini. Tidak perlu harus hadir secara face to face, cukup secara virtual. Sangat efektif," ucapnya.
Banyaknya jumlah pengguna media sosial di Indonesia tentu saja memunculkan kesempatan untuk mengoptimalkan kehadiran media sosial sebagai media komunikasi, sehingga kemudian memunculkan pertanyaan, bagaimana penggunaan media sosial untuk mengefektifkan cara berkomunikasi di dalam masyarakat, baik dalam bidang pemasaran, bidang politik maupun dalam bidang pembelajaran.
Lebih lanjut, Prof Mukti juga mengajak agar Pemuda Muhammadiyah harus mengembangkan diri, yang tidak hanya di ruang Internal Muhammadiyah saja, tetapi harus hadir dalam berbagai forum eksternal dan beradaptasi dengan berbagai elemen bangsa laiinnya.
" Terbuka dengan berbagai OKP seperti KNPI, GMNI, Pemuda Pancasila, NU dan masih banyak yang lain. Selama organisasi kepemudaan tersebut sesuai dengan UUD 1945, Pancasila dan NKRI, silahkan berkolaborasi," ajak Prof Mukti.
Selain itu, Pemuda Muhammadiyah yang negarawan harus bisa berpartisipasi terkait kebijakan publik dengan masuk ke otoritas pemerintahan maupun menyuarakan dari luar birokrasi.
"Ambil bagian jadi Penguasaha, Ketua Lembaga Pemerintah, Komisioner, Komisaris, Menteri, Tenaga Ahli, Stafsus, Caleg , Ketua LSM yang mumpuni bahkan Kepala Desa pun juga tidak boleh dilewatkan. Inilah cara berta'wun untuk negeri," tutup Prof Mukti yang baru saja kembali dari Leiden Den Haag Belanda.