Smart Farming di Bali dan NTT : Pertanian Berbasis Teknologi

Smart Farming di Bali dan NTT : Pertanian Berbasis Teknologi
ilustrasi smart farming/ net

MONITORDAY.COM - Masih banyak pengguna ponsel pintar yang kurang memahami manfaat teknologi dalam genggamannya. Tak hanya untuk mengakses informasi dan hiburan, teknologi mobile digunakan untuk inovasi pertanian bertujuan untuk memberikan peluang bagi petani dalam mengakses informasi tentang komoditas pertanian. Misalnya dengan menerapkan teknologi SMS Gateway. 

Informasi yang tepat dan cepat menjadi kunci dalam memenangkan kompetisi. Tak terkecuali agar para petani menjadi lebih kompetitif. Layanan informasi berbasis mobile diperlukan pada saat petani membutuhkan informasi pertanian yang cepat sehingga tidak perlu menunggu begitu lama untuk mendapatkan informasi terutama informasi tentang komoditas pertanian seperti harga dan ketersediaan pupuk, harga komoditas di pasar, luas tanaman komoditas, perkiraan masa panen dan sarana untuk mengumpulkan kelompok tani. 

Petani dapat mendapatkan informasi secara cepat dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan perangkat mobile sesuai. Diperlukan strategi yang tepat dalam bentuk model agar pemanfaatannya bisa optimal. 

Dulu petani masih dianggap pekerjaan kelas bawah dengan gengsi rendah. Peralatan yang digunakan hanya cangkul, sabit, dan bajak. Seiring waktu mekanisasi pertanian menghadirkan traktor. Kini teknologi berbasis informasi dan digital pun mulai merambah sektor pertanian. Salah satu contohnya terlihat pada petani di Buleleng, Bali. Mereka terampil mengoperasikan aplikasi pada telepon genggam saat menyiram kebun brokoli dalam metode pertanian cerdas berbasis teknologi atau smart farming.

Petani di daerah tersebut memanfaatkan digitalisasi dan Internet of Things (IoT) saat bertani untuk memudahkan petani dalam proses pengolahan kebun dari jarak jauh yakni menyiram, memupuk, mengecek kelembaban tanah dan temperatur udara serta memantau masa penanaman hingga masa panen sekaligus melakukan pemasaran hasil pertanian secara daring.

Hal serupa dilakukan oleh petani di NTT yang menekuni dunia pertanian holtikultura. 
Salah satunya sistem irigasi tetes dan sistem penyiraman serta pemupukan tanaman menggunakan menggunakan teknologi Short Message Service dan Wifi pada tahun 2020 lalu. Dilanjutkan dengan pengembangan sistem irigasi tetes menggunakan teknologi yang dinamakan Smart Farming Irrigation system.

Internet of Things (IoT) tidak hanya menyediakan cara untuk mengukur dan mengontrol faktor pertumbuhan dengan lebih baik, seperti irigasi dan pupuk, di pertanian, tetapi juga akan mengubah cara kita memandang pertanian secara keseluruhan. Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan apa sebenarnya pertanian cerdas itu dan IoT akan berdampak pada masa depan pertanian.

Smart Farming adalah konsep baru yang mengacu pada pengelolaan peternakan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi modern untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk sambil mengoptimalkan tenaga manusia yang dibutuhkan.

Berbagai peralatan dengan sensor dan aplikasi terkini sangat membantu para petani untuk mencapai hasil yang optimal. Berbekal alat tersebut, petani dapat memantau kondisi lapangan bahkan tanpa pergi ke lapangan dan membuat keputusan strategis untuk seluruh pertanian atau untuk satu pabrik.

Kekuatan pendorong pertanian pintar adalah IoT —menghubungkan mesin pintar dan sensor yang terintegrasi di pertanian untuk membuat proses pertanian berbasis data dan didukung data. Hal ini akan memerlukan keterlibatan petani-petani muda yang memahami dan bergairah dalam menguasai teknologi digital.