Simposium PPI: Indonesia Memiliki Potensi Bagus dalam Keuangan Syariah

Pakar Ekonomi Syariah Muhammad Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi bagus dalam keuangan Syari’ah.

Simposium PPI: Indonesia Memiliki Potensi Bagus dalam Keuangan Syariah
Syafii Antonio. Foto: Istimewa

MONITORDAY.COM -- Pakar Ekonomi Syariah Muhammad Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi bagus dalam keuangan Syari’ah. Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara dalam Simposium Internasional Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Kawasan Timur-Tengah dan Afrika di, Islamabad, Pakistan, Jum’at (2/3/2018).

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Tazkia ini mengungkapkan bahwa masih banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk mewujudkan pasar ekonomi syariah di Indonesia. Salah satunya jumlah usia produktif yang hidup di Indonesia.

“Bonus demografi,  kita senang hidup di zaman ini karena banyak Muslim dengan usia produktif,” lanjut Antonio. Kedua, sambungnya, banyaknya muslim di Indonesia menjadi banyak pula potensi pasar untuk Muslim.

“Kita ingin membawa spirit dan nilai madrasah, pondok pesantren, dan masjid ke pasar,” terang Lulusan Universitas Melbourne ini dalam keterangan tertulisnya kepada Monitorday.com.

Namun, ada beberapa hal yang menghambat berkembangnya perekonomian Syariah di Indonesia. Pertama adalah dominasi pebisnis asing di berbagai sektor strategis nasional, terutama sektor ekonomi. Kemudian, ummat Islam sebagai mayoritas penduduk belum mampu menguasai aset ekonomi nasional.

“Baik bank, industri, dan pasar maka kita ini kecil dan tidak memiliki peran,” tuturnya. Ditambah urusan politik dan kebijakan nasional yang tak luput dari campur tangan pebisnis asing, “Bahkan mengontrol lobi politik dengan kekuatan ekonomi yang dimiliki,” sebutnya.

Hadir pula dalam simposium tersebut Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Pakistan, Iwan Suyudhie Amri, Assisitant International Institute of Islamic Economic (IIIE), Dr. Atiq-uz Zafar, Vice President International Islamic University of Islamabad (IIUI), Prof. Dr. Muhammad Munir, dan beberapa delegasi dari PPI Tim-Teng Ka.

[SA/San]