Sekjen PBNU Sebut Jalan Tokoh Betawi Lebih Tepat Ketimbang Attaturk

Sekjen PBNU Sebut Jalan Tokoh Betawi Lebih Tepat Ketimbang Attaturk
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Sekjen PBNU), Ahmad Helmy Faishal Zaini (Dok: Istimewa)

MONITORDAY.COM - Desas-desus pemberian nama Jalan Attaturk di Indonesia menuai kecaman dari banyak Tokoh Indonesia.

Attaturk di negara-negara yang mayoritas Islam dianggap sebagai penghianat dan perusak Islam sepanjang masa. 

Sumbangsih kerusakan yang ditorehkan Attaturk, mulai dari melarang azan, sholat, pesta minuman keras, legalnya prostitusi hingga membunuh Ulama yang bersebrangan dengan dirinya.

Jika demikian, pantaskah nama ini terpampang di Jakarta.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Sekjen PBNU), Ahmad Helmy Faishal Zaini turut memberikan pandangan terkait ramainya wacana penamaan Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Menteng, Jakarta Pusat.

Helmy mengaku, lebih setuju jika nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk diganti dengan nama ulama lokal, khususnya dari Betawi yang memiliki kontribusi bagi penyebaran Islam di Tanah Air.

Sementara itu, Ketua MUI DKI, KH Munahar Muchtar HS mengatakan, sebaiknya pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI mengkaji secara benar rencana pemberian nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk.

"Ramainya wacana pembuatan jalan di Jakarta dengan nama Mustafa Kemal Ataturk atas nama pimpinan Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta, pertama meminta kepada pemerintah agar berpikir ulang untuk menamakan jalan atas nama Mustafa Kemal Ataturk," kata Munahar dalam video yang beredar di kalangan wartawan di Jakarta, Selasa (19/10/2921).

"Kenapa demikian? Yang pertama kita tahu sepak terjang seorang Mustafa Kemal Ataturk, dia adalah tokoh sekuler, yang banyak menyakiti umat Islam sepanjang kepemimpinannya di Turki," ujar Wakil Ketua Tanfidziah PWNU DKI tersebut.

"Dialah orang yang meminta bahkan memaksa umat Islam, agar mengganti Alquran dengan bahasa Turki mengganti azan dengan bahasa Turki, dan saat memimpin banyak ulama dan tokoh Islam yang dibunuh karena berseberangan dengannya,"  tambah Munahar melanjutkan.

Diketahui,  Duta Besar RI untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal membenarkan rencana penamaan Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Menteng, Jakarta Pusat. 

Menurut dia, pemberian nama itu merupakan upaya untuk mendekatkan diri antara RI dan Turki.

Sebagai imbal balik, sambung dia, Turki mengizinkan agar nama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ankara diberi nama Ahmed Sukarno. 

Dia menjelaskan, pemberian nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Jakarta sebagai konsekuensi atas nama Jalan Ahmed Sukarno di Ankara, lantaran status keduanya sebagai pendiri negara Turki dan Indonesia.