Satelit Satria, Infrastruktur Telekomunikasi Indonesia

Satelit Satria, Infrastruktur Telekomunikasi Indonesia
Ilustrasi satelit/ Net.

MONITORDAY.COM - Indonesia merupakan negara kepulauan. Maka dari itu, penggelaran infrastruktur telekomunikasi di Tanah Air tidaklah mudah, mengingat geografis negeri ini.

Adapun pemanfaatan satelit dianggap menjadi solusi mengatasi persoalan yang terjadi di masyarakat akan akses ke dunia maya.

Dalam hal ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengamanatkan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) untuk menyelimuti daerah-daerah, terutama di wilayah pelosok, dengan sinyal 4G.

Ada tiga program utama yang dilakukan Bakti untuk membawa internet sampai ke daerah Tertinggal, Terluar, dan Terdepan (3T), yaitu proyek Palapa Ring, BTS USO 4G, dan Satelit Republik Indonesia (Satria).

Mengenai Satelit Satria, proyek ini nantinya akan melengkapi infrastruktur telekomunikasi yang dibangun lewat Palapa Ring dan BTS USO.

"Satelit ini menawarkan sebuah teknologi yang luar biasa yang bisa menjangkau di mana pun kita berada, meski berada di tengah hutan sampai tengah laut," kata Direktur Utama Bakti, Anang Latif dalam diskusi virtual beberapa waktu lalu.

Dari hasil studi dari Boston Consulting Group (BCG) tahun 2017, terdapat kurang lebih 150 ribu titik layanan publik (sekolah, puskesmas, rumah sakit, kantor pemerintah, aparat hukum) yang belum terkoneksi internet.

Namun, Anang tak menampik dengan pembangunan infrastruktur teresterial bisa dilakukan, hanya saja jangkauannya tidak seluas yang dimiliki satelit. Lalu, pembangunannya bisa memakan waktu lebih dari 10 tahun dan biaya capex melampui Rp 150 triliun.

"Sehingga satelit yang paling optimal. Selain opex dan capex lebih kecil dari teresterial, menghadirkannya jauh lebih cepat untuk menyelesaikan konektivitas ini," urainya.

Berdasarkan peta jalan konektivitas digital melalui penyediaan satelit, Bakti menargetkan ada empat satelit diluncurkan sampai tahun 2030, yakni satelit Satria-1, satelit Satria-2a, satelit Satria-2b, dan satelit Satria-3.

Adapun sejauh ini yang telah pasti adalah satelit Satria-1 yang telah mendapatkan pendanaannya dan dijadwalkan meluncur pada 2023.

Thales Alenia Space sebagai pabrikannya dan SpaceX melalui roket Falcon 9 akan membawa satelit pemerintah itu mengangkasa dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.

Pandemi virus Corona (COVID-19) yang saat ini terjadi tidak menghalangi upaya peluncuran satelit Satria-1 dan niatan untuk menyebarkan akses internet di seluruh Tanah Air.

"Pertengahan 2023 meluncur dan sekitar November 2023 sudah bisa beroperasi," ujarnya.

Untuk penyediaan proyek satelit ini, seperti yang dilakukan pada satelit Satria-1, menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Skenario ini, disampaikan Dirut Bakti, cocok untuk negara yang memiliki keterbatasan fiskal dalam menyiapkan capex di tahun pertama.

"Intinya KPBU ini sebuah model baru menggunakan investasi dari swasta selain pemerintah. Setelah satelit beroperasi, pemerintah melakukan pengembalian investasi," sebut Anang.

Dia berharap dengan telah tersedianya satelit Satria melengkapi Palapa Ring dan BTS USO, dapat mengeruk potensi ekonomi digital.

"Ekspektasinya di tahun 2025 kelak bisa meningkat 23% mencapai USD 124 miliar atau kira-kira Rp 1.700 triliun," tutup Anang.