SAS Institute Bedah Karya Monumental Berjudul 'Allah dan Alam Semesta Perspektif Tasawuf Falsafi'

SAS Institute Bedah Karya Monumental Berjudul 'Allah dan Alam Semesta Perspektif Tasawuf Falsafi'
Penulis buku 'Allah dan Alam Semesta Perspektif Tasawuf Falsafi' sekaligus Ketua Tandfidziyah PBNU, Prof. Kiai Said Aqil Siroj dalam acara yang diselenggarakan SAS Institute pada Senin (3/5/2021).

MONITORDAY.COM - Said Aqil Siroj (SAS) Institute kembali menyelenggarakan aktivitas kebangsaan dengan membedah karya monumental Prof. Kiai Said Aqil Siroj berjudul “Allah dan Alam Semesta Perspektif Tasawuf Falsafi”. 

Acara yang diselenggarakan secara luring dan daring melaui kantor PBNU pada Senin (3/5/2021) kemarin, turut dihadiri oleh Prof. Kiai Said Aqil Siroj selaku penulis sekaligus Ketua Tandfidziyah PBNU. 

Adapun peluncuran secara nasional ini juga diselenggarakan bersama-sama oleh Rektor dan Universitas dan organisasi lintas keagaaman. 

Selain itu, terlihat juga jajaran dan pendiri SAS Institute yang juga turut hadir seperti Dr. Imdadun Rahmat. Lalu, nampak juga tokoh pendiri SAS Institute Ahmad Rofiq, Abdul Kholiq Ahmad, Hendrik K. Luntungan, Endang Tirtana, Kuntum Basa, Dr. Jaenal Effendi dan Abi Rekso Panggalih.

Kemudian, hadir pula jajaran Rektorat, pengajar serta mahasiswa dari IAIN Fathahul Mulk (Papua), IAIN Kendari Sulteng, IAIN Jember, Unisma Malang, UIN Raden Fatah Palembang, UIN Walisongo Semarang, IAIN Tulung Agung, FISIP USU Medan, Forum Pimpinan PTKIS Jabar, IAIN Metro Lampung dan Jaringan ICRP. 

Sedangkan buku tersebut dituliskan Kiai Said Aqil Siroj sebagai karya ilmiah dari Universitas Umm al-Qura Saudi Arabia. 

Ia menganggap banyak tuduhan atas Ilmu Tasawuf sebagai kemunduran peradaban Islam. Setelah dikaji secara lebih jauh, ternyata tuduhan itu salah besar. 

Bahkan sebaliknya, konsep Tasawuf menjadi jembatan manusia terhadap pencipta dan alam semesta. Bahwa pada akhirnya manusia harus tiba pada kesadaran (tertinggi) Tajalli. Sehingga manusia tidak perlu takut dan tunduk atas apapun yang terjadi di dunia. Sebab manusia sudah berserah dan berpasrah pada Allah sang pencipta. 

Sementara itu, Dr. Imdadun Rahmat menyatakan bahwa konsep Tasawuf yang telah dipaparkan oleh Kiai Said bisa menjadi pengantar dari upaya meredusir gerakan kekerasan bahkan teror atas nama agama. Menurutnya, konsep Tasawuf ini sangat lembut dan dalam untuk meneguhkan nilai kemanusiaan antar umat beragama, bahkan SAS Institute berkomitmen untuk itu.

Senada dengan Dr. Imdadun Rahmat, tokoh sentral PGI, Pendeta Gomar Gultom menyebutkan bahwa konsep nilai yang diutarakan Kiai Said bisa menjadi pemersatu umat beragama di Indonesia. Karena, pada akhirnya manusia bisa memiliki kesadaran bahwa segala yang ada di muka bumi adalah ciptaan Tuhan. 

Setelah itu, Romo Paulus C. Siswantoko seorang intelektual dan pemuka Katolik, mendukung konsep ini bisa menjadi sebuah oase perdamainan. Menurutnya, konsep Tasawuf bisa menebalkan rasa cinta kasih atas manusia di dunia tanpa memandang latar belakang suku, ras dan agama.

SAS Institute memiliki komitmen yang kuat untuk terus mengkampanyekan Islam yang ramah dan berkemanusiaan. Oleh karena itu, penting untuk terus membangun serta merawat jaringan intelektual dan pemuka lintas agama dalam rangka menjaga agenda kebangsaan.