Sajian Makanan Rasulullah
Hidangan Rasulullah saw. sangat sederhana

BERBICARA tentang Rasulullah, maka tidak akan pernah habis segala kebaikan dan kedermawanan yang beliau contohkan. Rasulullah adalah nabi pilihan Allah Swt. yang terbaik akhlak dan kepribadiannya. Tapi, ketahuilah bahwa hidangan Rasulullah saw. sangat sederhana lagi memprihatinkan. Anas bin Malik mengungkapkan: “Rasulullah tidak pernah makan siang dan makan malam dengan daging beserta roti kecuali bila menjamu para tamu.” (HR. At-Tirmidzi)
Karena sedikitnya jamuan yang tersaji dan banyaknya peserta hidangan, beliau tidak dapat makan kenyang kecuali dengan susah payah. Tidak pernah sekalipun beliau dapat makan sampai kenyang kecuali ketika menjamu para tamu. Beliau dapat kenyang bersama para tamu yang mesti beliau layani.
Aisyah r.a. mengungkapkan, yang artinya: “Keluarga Rasulullah tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang dua hari berturut-turut hingga beliau wafat.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan, yang artinya: “Keluarga Rasululloh saw tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang tiga hari berturut-turut semenjak tiba di kota Madinah sampai beliau wafat.” (Muttafaq alaih)
Bahkan Rasulullah saw. pernah tidak mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Hingga beliau tidur dalam keadaan lapar, tidak ada sesuap makanan pun yang mengganjal perut beliau. Ibnu Abbas menuturkan sebagai berikut, yang artinya: “Rasulullah saw. dan keluarga beliau tidur dalam keadaan lapar selama beberapa malam berturut-turut. Mereka tidak mendapatkan hidangan untuk makan malam. Sedangkan jenis makanan yang sering mereka makan adalah roti yang terbuat dari gandum.” (HR. At-Tirmidzi)
Keadaan seperti itu bukan karena beliau tidak punya atau kekurangan harta. Justru harta melimpah ruah berada dalam genggaman beliau dan harta-harta pilihan diusung ke hadapan beliau. Akan tetapi, Allah Swt. memilih keadaan yang paling benar dan sempurna bagi Nabi-Nya.
Uqbah bin Al-Harits berkata: “Pada suatu hari Rasulullah saw. mengimami kami shalat Ashar. Seusai shalat, beliau segera memasuki rumah, tidak lama kemudian beliau keluar kembali. Aku bertanya kepada beliau, atau ada yang bertanya kepada beliau tentang perbuatan beliau itu. Beliau menjawab, yang artinya: “Aku tadi meninggalkan sebatang emas dari harta sedekah di rumah. Aku tidak ingin emas itu berada di tanganku sampai malam nanti. Karena itulah aku segera membagikannya.” (HR. Muslim).
Kemudian Syaikhul Islam melanjutkan: “Setiap yang halal pasti baik, dan setiap yang baik pasti halal. Karena Allah telah menghalalkan seluruh perkara yang baik-baik bagi kita dan mengharamkan seluruh perkara yang jelek. Dan termasuk makanan yang baik ialah yang berguna lagi lezat. Dan Allah telah mengharamkan seluruh perkara yang memudharatkan kita, serta menghalalkan seluruh perkara yang bermanfaat bagi kita.”