Sa’ad bin Muadz, Sahabat yang Kematiannya Menggetarkan Arasy

Geram dengan aktivitas dakwah Islam, Sa'ad bin Muadz akhirnya mendapat hidayah dan masuk Islam.

Sa’ad bin Muadz, Sahabat yang Kematiannya Menggetarkan Arasy
Ilustrasi foto/Net

KABAR bahwa Sa’ad bin Muadz telah masuk Islam rupanya sangat mengagetkan semua anggota kabilah Bani Aus. Bagaimana tidak, awalnya mereka berpikir bila Sa’ad sukses mengusir utusan Mekkah, Mushab bin Umair yang membawa agama baru. Tapi nyatanya malah Sa’ad sendiri yang masuk Islam.

Awalnya Sa’ad bin Muadz begitu geram dengan kedatangan Mushab bin Umair, karena dianggap telah menghina agama nenek moyang dan juga membuat sekat-sekat persaudaraan di Madinah pecah. Namun, berkat kecerdikan dan akhlakul karimah yang ditunjukkan oleh Mushab bin Umair, hati Sa’ad malah melunak. Lalu berkat kecerdasan yang dimilikinya, Sa’ad pun menangkap cahaya kebenaran yang terpancar dari agama baru ini.

Dengan mata yang berbinar dan hati yang riang Sa’ad bin Muadz kembali ke kabilahnya dan bertekad untuk mengajak seluruh anggota kabilahnya masuk Islam. Karena begitu antusias, Sa’ad pun akhirnya bersikap sedikit keras dan agak mengancam agar seluruh anggota kabilah harus masuk Islam. “Aku tidak akan menyapa orang yang tidak ikut masuk Islam denganku dan aku akan mencampakkannya,” seru Saad, dengan nada ancaman.

Beruntung, seruan Sa’ad bin Muadz disambut dengan keterbukaan. Hingga akhirnya, hampir semua anggota pun masuk Islam. Islamnya Sa’ad dengan seluruh kabilah merupakan anugerah bagi pengembangan Islam di Madinah dan itu terjadi sebelum Nabi hijrah ke Madinah.

Setelah Nabi hijrah dan membangun komunitas Islam di Madinah, Sa’ad ikut serta dan menjadi pejuang tangguh dan pembela panji-panji Rasulullah. Hampir di semua peperangan, Sa’ad selalu tampil, mendampingi dan menjaga Nabi termasuk saat Perang Khandaq atau Perang Ahjab.

Dalam Perang Khandaq, Sa’ad berjuang dengan gagah berani hingga salah satu busur anak panah yang ditembakan oleh Ibnu Ariqah menembus urat nadinya. Saad pun terluka parah dan darah segar menyembur tiada henti. Melihat kondisi Sa’ad, Nabi pun memerintahkan para sahabat untuk membuat kemah khusus untuk menangani pengobatan Sa’ad.

Semakin hari lukanya semakin parah, bahkan hingga Perang Ahjab berakhir dan kaum muslimin meraih kemenangan, luka Saad belum juga sembuh. Luka Sa’ad bahkan terasa kian pedih, lantaran berhianatnya Bani Quraizah, dan bersekutu dengan kaum Qurais. Kenapa demikian? Karena Bani Quraizah merupakan sekutu lama Bani Aus yang dipimpinnya.

Bani Aus kemudian meminta Rasulullah menunjuk hakim untuk menghukum perbuatan Bani Quraizah, yang tak lain adalah Sa’ad sendiri. Sa’ad kemudian memutuskan untuk menghukum  kaum lelaki dari Bani Quraizah.

Pasca kejadian tersebut, sakit yang diderita Sa’ad kian parah. Rasul pun mendampingi Sa’ad dalam sakitnya sambil mendoakan dan bersaksi akan perjuangan Sa’ad untuk agama Islam kepada Allah Swt. Ketika Sa’ad mulai tertidur pulas, barulah Nabi kembali ke rumahnya. Namun, belum juga sampai ke rumah, Jibril datang dan menyampaikan berita terkait keguncangan Arasy akan kematian hamba yang shaleh. Akhirnya Nabi kembali menemui Sa’ad bin Muadz yang didapatinya telah meninggal dunia. Begitulah Sa’ad bin Muadz, yang kematiannya telah mengguncangkan Jagat Arsy.

[Mrf]