Riza Damanik: Bangun Koperasi dengan Spirit Gotong Royong

Koperasi tidak melihat pada adanya atasan ataupun bawahan. Semua dibangun untuk kepentingan bersama

Riza Damanik: Bangun Koperasi dengan Spirit Gotong Royong
Para peserta Training of Trainer (TOT) bertajuk "Koperasi Sinergi Jejaring Mandiri"

MONITORDAY.COM - Staf Khusus Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM), Muhammad Riza Adha Damanik, menjadi narasumber dalam Training of Trainer (TOT) bertajuk "Koperasi Sinergi Jejaring Mandiri" yang diselenggarakan Relawan Balad Jokowi di Hotel Odua STTD, Cibitung Bekasi, Kamis (19/12/19)

Dalam kesempatan itu, Riza menyampaikan materi tentang "Peran Koperasi dan UMKM untuk Kemandirian Ekonomi". Pria kelahiran Tanjung Balai, Asahan, Sumatera Utara ini mengawali pemaparannya dengan mengutip pernyataan Bapak Koperasi, Mohammad Hatta yang mengatakan bahwa, "Dasar kekeluargaan itulah dasar hubungan istimewa pada koperasi. Di sini tidak ada majikan dan buruh, melainkan usaha bersama di antara mereka yang sama kepentingan dan tujuannya"

Berangkat dari pernyataan Bung Hatta tersebut, Riza menegaskan bahwa sistem koperasi yang seharusnya, dijalankan  berdasarkan asas kekeluargaan. Artinya, koperasi tidak melihat pada adanya atasan ataupun bawahan. Semua dibangun untuk kepentingan bersama.

"Jadi spiritnya di situ, tak ada hubungan antara atasan dan bawahan. Kita bangun koperasi yang semangatnya gotong-royong  dan untungnya dinikmati bersama dan resikonya juga ditanggung bersama-sama. Ini satu gagasan dan konsep yang relevan dengan Indonesia kita," kata Riza.

Ia kemudian mengungkapkan, bahwa saat ini Presiden Joko Widodo memberikan 2 (dua) tugas khusus kepada Kemenkop UKM, yakni modernisasi koperasi dan bagaimana agar UMKM dapat naik kelas.

"Lebih kurang begitu tugasnya," ungkap Riza.

Karena itu, Riza mengaku, pihaknya saat ini tengah membuat strategi nasional dalam  pengembangan koperasi dan UKM. Strategi ini sendiri diperkuat dengan berbagai langkah kegiatan, seperti melakukan komunikasi dan konsolidasi terhadap berbagai pihak terkait, antara lain dengan dinas di daerah-daerah, para pelaku usaha, pegiat UMKM, dan lain sebagainya untuk terus memperkaya dokumen strategi nasional tersebut.

"Kita sudah imajinasikan untuk strategi nasional 2020-2024 ke depan roadmap yang ingin kita kejar. Pertama, kalau 2018 UMKM itu hanya sekitar 14,37 persen, di 2024 kita ingin 30,20 persen, Kedua, jika PDB 2018 berada di angka 60,34 persen, tahun 2024 bisa naik 65 persen, Ketiga, pada 2018 rasio kewirausahaan nasional sebesar 3,47 persen, tahun 2024 harapan kita bergeser ke 4,00 persen," terang Riza sambil menampilkan power point di layar proyektor.

Transformasi Koperasi Modern

Dalam pemaparannya, Riza kemudian menjelaskan tentang transformasi koperasi modern. Ia mengaku takjub dengan pembicaraan yang berkaitan dengan koperasi millenial. Riza bahkan mengaku telah mengunjungi berbagai daerah-daerah, namun ia melihat koperasi kebanyakan ditekuni oleh orang-orang tua. Padahal, lanjut Riza, di luar negeri yang menekuni koperasi adalah anak-anak muda.

"Maksud saya, kita punya contoh besar koperasi yang keren, jadi koperasi itu bukan kuno, dia eksis," ujarnya Riza.

Terkait transformasi koperasi modern ini, Riza mencontohkan hal yang sepele dari Belanda, namun berdampak pada lajunya perkembangan koperasi di negeri kincir angin tersebut.

Menurutnya saat ini Belanda sudah pada posisi memberikan banyak kemudahan untuk orang dalam berkoperasi. Jika di Indonesia harus ada 20 orang keamggotan koperasi, di Belanda justru cukup 3 orang anggota.

Ia kemudian menjelaskan, alasan koperasi bisa begitu cepat berkembang di luar negeri dikarenakan value dari koperasi tersebut tidak diubah, sementara perkembangan teknologi tetap diikuti.

Karena itu, menurut Riza, dalam situasi saat ini, Indonesia sebagai salah satu negara terbesar pengguna teknologi, harus dapat memanfaatkannya untuk bisa mendevelopment satu sitem yang memudahkan orang berkomunikasi dan berkonsolidasi sehingga koperasi bisa semakin produktif.

"Hp harus dioptimalkan. Supaya mengambil keputusan biar tak terlalu rumit, dipergunakan juga untuk promosi-promosi, sehingga koperasi tidak mengalami penuaan secara keanggotaan justru dia membuat anak muda tertarik," kata Riza.

"Saya hanya ingin katakan, proses pengambil keputusan tidak boleh berubah, tapi caranya menurut saya harus mulai bertransformasi ke arah digitalisasi," pungkas Riza kemudian.