Ramadhan, Media, dan Pendidikan Karakter
Ramadhan dapat menjadi sarana pendidikan karakter melalui media massa

GELIAT aktivitas Ramadhan sangat terasa. Walaupun dalam situasi yang serba tidak menentu karena tekanan nilai tukar mata uang, suhu politik yang terus mengalami ekskalasi, dan teror bom serta penyerangan yang terjadi terhadap polisi. Di beberapa tempat, kajian-kajian tetap berlangsung semarak. Remaja masjid dan panitia Ramadhan menyiapkan berbagai kegiatan yang inovatif.
Tak dipungkiri Ramadhan 2018 ini juga menjadi ajang bisnis bagi dunia usaha. Program televisi Ramadhan menghadirkan ruang bagi para pemasang iklan untuk membangun citra produknya. Stasiun televisi berlomba-lomba memanfaatkan momen Ramadhan untuk kepentingan komersial. Namun, beberapa program sangat layak diapresiasi. Misalnya program dengan topik tadarrus dan tahfidz, program kajian, dan feature atau dokumenter tentang sejarah dan peradaban Islam.
Program televisi yang memiliki nuansa dakwah dan edukasi yang kuat mendorong implementasi pendidikan karakter bagi khalayak khususnya kaum muda. Seiring sejalan dengan itu, media sosial juga potensial untuk mendukung dakwah. Berbagai video di youtube juga sangat membantu dalam penyampaian pesan-pesan moral dan agama. Publik bisa menikmati pula tayangan video streaming baik yang dilakukan oleh media mainstream maupun media non-mainstream.
Dari data yang dimiliki oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menunjukkan ada program siaran Ramadhan yang sarat dengan muatan da’wah namun mampu masuk jajaran sepuluh besar program siaran yang mendulang iklan signifikan. Komisioner KPI Pusat bidang pengawasan isi siaran, Nuning Rodiyah, menyampaikan hal tersebut dalam Diskusi Terbatas yang digelar KPI Pusat tentang Tayangan dan Siaran Ramadhan 2018, (30/4) sebagaimana dikutip situs resmi KPI.
Diantara nilai-nilai yang dapat dikembangkan oleh media adalah ketakwaan, kejujuran, kepedulian atau gotong-royong, serta kedisiplinan. Sehingga program Ramadhan tidak didominasi oleh unsur hiburan yang dangkal. Hiburan digunakan sebagai alat untuk menarik perhatian publik atau penonton, namun substansi pendidikan karakter harus menjadi intisari dari pesan dan mendapat perhatian yang cukup oleh semua pemangku kepentingan di industri media.
Kalangan media tentu menyadari bahwa Ramadhan adalah bulan suci dengan target kualitatif yang tinggi. Membangun pribadi takwa, cerminan kepribadian berkarakter. Tak sekedar menahan lapar dan haus. Ramadhan juga melahirkan pribadi berintegritas. Untuk berproses menjadi pribadi yang bertakwa, Ramadhan memberi ruang bagi kaum muslimin untuk menempa fisik dan mentalnya.
Ramadhan sangat dekat dengan penanaman integritas moral. Puasa adalah ibadah yang melatih kejujuran. Puasa hanya Allah dan orang yang menjalankan ibadah puasa yang tahu. Jujur pada Tuhan, jujur pada diri sendiri. Baik program drama maupun non-drama dapat membawa konten yang meyakinkan publik tentang pentingnya sikap jujur sebagai senjata utama dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa.
Media perlu mengembangkan juga nilai kesetiakawanan sosial di bulan Ramadhan. Puasa juga mengajarkan kepedulian yang senafas dengan jiwa gotong royong. Dengan berpuasa, orang diajak untuk merasakan penderitaan si miskin papa yang tak jarang menahan lapar dahaga. Di bulan puasa, kaum muslimin diajak untuk banyak bersedekah, bahkan wajib membayar zakat fitrah. Rangkaian ibadah ini mendidik manusia ke arah jiwa setia kawan dan gotong royong.
Program televisi dan siaran radio sangat perlu untuk menanamkan nilai puasa terkait hidup berdisiplin. Bangsa-bangsa yang maju dan kuat secara ekonomi dan politik seperti Jerman dikenal karena disiplinnya yang tinggi. Jadwal makan lebih teratur, demikian juga dengan aktivitas yang lain. Selama Ramadhan, kita dihadapkan pada jawal yang ketat. Baik dalam berpuasa maupun menjalankan ibadah lainnya. Setiap aktivitas memerlukan rencana matang dan konsistensi dalam mengeksekusinya.
Ramadhan di era informasi membuka peluang bagi berbagai kalangan, utamanya pendidik, untuk membangun jejaring pendidikan karakter berbasis internet. Sebagian waktu di bulan Ramadhan ini digunakan oleh masyarakat untuk berinteraksi dengan dan melalui dunia maya. Dunia maya yang juga mengintegrasikan dan menghubungkan seluruh media massa yang ada. Program televisi dan artis juga membangun komunikasi dengan penontonnya melalui jejaring media sosial.
Publik menunggu dan akan mengevaluasi seberapa peduli para pemangku kepentingan di pemerintahan, komisi penyiaran, kalangan media, dan lembaga-lembaga pendidikan untuk bersinergi dalam memanfaatkan momen Ramadhan untuk memperkuat pendidikan karakter.