Raibnya Jack Ma dan Dilema Tiongkok

Raibnya Jack Ma dan Dilema Tiongkok
Jack Ma/ net

MONITORDAY. COM - Tak dapat dipungkiri Tiongkok di persimpangan jalan antara sosialisme dan kapitalisme. Xi Jinping menangguhkan IPO senilai US$ 37 miliar dari Alibaba's Ant. Jika tak dibendung Kelompok fintech arm ini akan menjadi raksasa yang menguasai hulu hingga hilir. Menjadi organisasi bisnis yang maha kuat. 

Banyak yang menduga kebijakan itu sebagai imbas dari kritik Jack Ma terhadap perbankan Tiongkok. Oktober 2020 dalam sebuah forum di Shanghai dia mengecam sistem regulasi China dalam pidatonya yang membuatnya berseberangan dengan para pejabat. 

Ma secara tidak langsung menyudutkan regulator China karena dianggap menghambat inovasi. Ia mengatakan bahwa bank China menderita "mentalitas pegadaian" mengingat bank, seperti pemberi pinjaman informal era baheula yang masih mengandalkan sistem "janji dan jaminan."

Dan kini ia menghilang. Raibnya pendiri Alibaba, Jack Ma, dari pandangan publik dalam dua bulan terakhir menimbulkan beragam spekulasi. 

Ma melewatkan episode terakhir dari sebuah acara TV di mana dia akan tampil sebagai juri. Hal itu telah memicu spekulasi media sosial atas keberadaannya di tengah larangan peraturan China pada imperium bisnisnya yang luas.

Dalam laporan Financial Times juri lain telah menggantikannya dalam acara kontestasi gagasan para usahawan muda Afrika.

Ma adalah simbol kapitalis di negeri sosialis.  Ia mendukung  budaya kerja "996" China yang ketat — pukul 09.00 hingga 21.00, enam hari seminggu. 

Banyak yang memberinya stempel sebagai "pengisap darah kapitalis". Karl Marx mungkin akan marah melihat kenyataan ini. 

Komentar di Wechat dan Weibo yang viral menyebut Jack Ma sebagai "Miliarder orang luar biasa seperti Jack Ma pasti akan digantung di tiang lampu,". 

Postingan itu dibaca lebih dari 100.000 kali di WeChat dan disukai 122.000 kali di Weibo. Kini dunia menunggu kapan ia akan muncul kembali ke hadapan publik. Tahun lalu memang penuh tantangan dan misteri.