Ganjar dan Geliat Pendaringan Usaha Kecil di Era Daring

MONITORDAY.COM - Memimpin Jawa Tengah tentu tak mudah di saat situasi sulit pandemi Covid-19. Kebutuhan rakyat secara ekonomi harus dipenuhi di tengah berbagai pembatasan. Banyak lapak-lapak pedagang yang sepi, daya beli masyarakat turun, sementara bantuan sosial belum mampu mendongkrak daya beli masyarakat secara signifikan.
Meski demikian geliat UMKM untuk terus bertumbuh dan meraih pasar produknya terus berlangsung. Potensinya yang besar menemukan jalannya dengan sinergi yang berjalan bahu-membahu antara Pemerintah dan pelaku usaha. Platform daring menjadi salah satu pilihannya. Dengan cara tersebut banyak peluang pasar yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, Ema Rachmawati mengakui, saat ini UMKM memang tengah menggeliat. Peningkatannya terhitung cepat. Jumlah UMKM di Jawa Tengah 4.174.210 unit. Dari jumlah itu, untuk usaha besar 3.358 unit, usaha menengah 39.125 unit, usaha kecil 354.884 unit, dan usaha mikro 3.776.843 unit. Sementara berdasarkan data sensus ekonomi nasional BPS tahun 2016 tercatat ada ratusan ribu unit UMKM binaan provinsi yakni sebanyak 159.308 unit.
Kontribusi sektor KUKM terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengalami peningkatan. Seperti pada 2016 kontribusinya mencapai 4,98 persen, 2017 sebanyak 5,26 persen, dan 2018 tercatat 5,23 persen. Dia optimistis jika potensi UMKM dimaksimalkan, tentu kontribusi terhadap PDRB Jateng semakin besar.
Pemprov Jateng memberikan pendampingan terhadap UMKM yang tersebar di 35 kota dan kabupaten di Jateng. Ada pula beberapa program untuk membina UMKM menjadi lebih maju. Seperti halnya pelatihan, kerja sama dengan pihak terkait seperti perbankan, BUMN, atau pemerintah daerah lain diperkuat.Pihaknya juga membuat sistem biar UMKM by name by address, biar terpantau aset mereka, dan perkembangannya bisa terpantau.
Peran Dekranasda dalam Promosi Daring
Ketua Dekranasda Jateng Siti Atikoh Ganjar Pranowo melalui pemasaran daring, pasar UKM yang semula mengandalkan penjualan konvensional menjadi terbuka luas. Dampak pandemi dialami sektor usaha mikro kecil menengah termasuk pelaku kriya dengan permasalahan terbesar yang dihadapi pelaku usaha adalah pemasaran sebesar 49,84 persen dan berikutnya pembiayaan 26,45 persen.
Berkurangnya penjualan karena turunnya daya beli konsumen, apalagi masyarakat berpenghasilan tetap dan menengah lebih memilih menahan diri untuk tidak berbelanja, sedangkan produsen juga mengalami hambatan pemasaran konvensional. Produk kerajinan karena kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat, berkurangnya kegiatan atau agenda pariwisata, pernikahan, pertemuan yg dilaksanakan oleh pemerintah dan lainnya.
Untuk membantu pelaku usaha memperluas akses pasar, Dekranasda Jateng bekerja sama dengan Pemprov Jateng dan para pemangku kepentingan lain mulai 2020 telah menggelar UKM Virtual Expo yang sukses.
Pada dua kali penyelenggaraan, UKM Virtual Expo meraup omzet lebih dari Rp4,5 miliar dengan pembeli tidak hanya dari Indonesia, tapi juga dari luar negeri, seperti Turki, Belanda, Australia, India, Jepang.
Pada tahun 2021, akan dilaksanakan dua bulan sekali secara tematik dengan menampilkan produk dekorasi rumah, kerajinan tangan, furnitur, dan fesyen. Selain itu, Dekranasda juga memanfaatkan jumlah 'follower' Instagram Bapak Gubernur yang sangat besar yakni 3,3juta akun untuk promosi melalui 'Lapak Ganjar'," ujarnya.
Mengingat salah satu kunci keberhasilan pemasaran daring adalah kemampuan pelaku usaha dalam memvisualisasikan produk dengan menarik dalam bentuk foto maupun video, maka Dekranasda Jateng juga melaksanakan pelatihan foto produk dan video bagi pelaku UKM. Mereka dibekali cara untuk mengambil gambar terbaik dari sisi angle, pencahayaan, estetika foto, dan sebagainya, yang dilengkapi dengan 'story telling'.