Presiden Jokowi Tekankan Dua Hal Ini untuk Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Upaya penurunan emisi GRK merupakan agenda strategis pemerintah, disamping memutus mata rantai penularan Covid-19.

Presiden Jokowi Tekankan Dua Hal Ini untuk Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Presiden RI Joko Widodo/ANTARA

MONITORDAY.COM - Selain soal pandemi Covid-19, Indonesia ternyata punya tantangan besar untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Inilah harga yang harus kita bayar setelah selama kurang dari dua dekade terakhir, kita mengenjot dan mengeksploitasi sumber daya alam.

Hasilnya memang cukup mengesankan, tak kurang selama periode tersebut (tahun 2000-2018), kita berhasil mengurangi 10 persen jumlah kemiskinan dan rerata pertumbuhan sebesar 5,6 persen. Namun kita tak boleh menutup mata, bahwa Indonesia saat ini merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar keempat di dunia.

Itulah mengapa Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas secara virtual di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (06/07/2020) mengatakan bahwa upaya penurunan emisi GRK merupakan agenda strategis pemerintah, disamping memutus mata rantai penularan Covid-19.

Presiden Jokowi juga menekankan beberapa langkah untuk mencapai target penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26 persen pada 2020 dan meningkat menjadi sebesar 29 persen pada 2030.

Selain target menurunkan emisi GRK tersebut, Indonesia juga berkewajiban untuk menurunkan emisi karbon di sektor kehutanan sebesar 17,2 persen, sektor energi sebesar 11 persen, sektor limbah sebesar 0,32 persen, sektor pertanian sebesar 0,13 persen, dan industri transportasi sebesar 0,11 persen.

Untuk mencapai target penurunan emisi GRK, Presiden meminta jajarannya menerapkan dua langkah utama, yakni pertama untuk konsisten memulihkan lingkungan, memproteksi gambut, serta merehabilitasi hutan dan lahan.

Presiden juga mengingatkan agar tetap waspada dengan ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) karena beberapa wilayah di Indonesia sudah memasuki puncak musim kemarau.

“Kemudian berbagai upaya lain seperti perlindungan ‘biodiversity’ (keanekaragaman hayati) yang sudah melekat sebagai upaya pemulihan hutan, dan pemulihan habitat juga harus dipastikan betul-betul berjalan di lapangan,” ujarnya.

Di samping itu, Presiden juga meminta keberlanjutan program pengembangan Bahan Bakar Minyak campuran 30 persen Biodiesel dengan 70 persen bahan bakar minyak jenis Solar (B30), yang selanjutnya akan menjadi B50, dan B100. Begitu juga dengan pengembangan energi surya dan eneri angin.

Upaya kedua, Kepala Negara meminta seluruh tahapan penurunan emisi GRK seperti masalah regulasi, pendanaan, dan insentif harus segera diselesaikan.

“Kita harus memastikan pengaturan karbon ini betul-betul punya dampak signifikan bagi penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada 2020 dan 29 persen pada 2030,” ujarnya.