Presiden Baru Iran Bakal Cabut Sanksi AS

Presiden Baru Iran Bakal Cabut Sanksi AS
Serah terima jabatan kepada presiden terpilih Iran, Ebrahim Raisi (Foto: Istimewa)

MONITORDAY.COM - Presiden Iran terpilih, Ebrahim Raisi dalam pidato pelantikannya, menegaskan, pemerintah baru bakal mencabut sanksi AS yang dinilai menindas.

"Kami percaya posisi ekonomi rakyat tidak menguntungkan, baik karena permusuhan musuh kami maupun karena kekurangan dan masalah di dalam negeri," ucap Raisi yang dilansir voanews,com, Kamis (5/8/2021).

Raisi memenangi pemilihan presiden pada Juni  lalu, di mana sebagian besar pesaingnya dilarang mencalonkan diri. Imbasnya, mantan kepala kehakiman tersebut menuai kritikan oleh negara-negara Barat karena catatan Raisi dianggap memiliki catatan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Kesengsaraan ekonomi Iran, diperburuk oleh sanksi AS, yang akan menjadi tantangan utama presiden baru menurut peneliti di European University Institute Italia Clement Therme.

“Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki situasi ekonomi dengan memperkuat relasi ekonomi republik Islam tersebut dengan negara-negara tetangga, maupun negara lainnya seperti Rusia dan Tiongkok,” kata Therme.

Kesepakatan pada 2015 membuat Iran menerima pembatasan pada kemampuan nuklirnya dengan imbalan pelonggaran sanksi.

Tetapi kemudian Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian itu tiga tahun kemudian dan kembali meningkatkan sanksi. Hal ini mendorong pemerintah Iran untuk mundur dari sebagian besar komitmen nuklirnya.

Penerus Trump, Joe Biden, tidak sepakat dengan pendahulunya. Biden bahkan telah mengisyaratkan kesiapan untuk kembali ke kesepakatan. 

Ia terlibat negosiasi secara tidak langsung dengan pemerintah Iran, Inggris, Tiongkok, Prancis, Jerman, dan Rusia.

Sanksi AS telah mencekik Iran dan ekspor minyak vitalnya. Ekonomi berkontraksi lebih dari 6% pada 2018 dan 2019.

Raisi yang sebelumnya menjabat sebagai kepala kehakiman Iran, dilantik di parlemen Iran dalam sebuah upacara pada Kamis (5/8). Upacara pelantikan digelar dua hari setelah masa jabatannya secara resmi dimulai dengan dukungan dari Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Raisi, anak didik lama Khamenei, menang mutlak dalam pemilu presiden pada Juni yang dibayangi oleh jumlah pemilih yang rendah. Dewan Wali Iran, sebuah badan yang dipenuhi dengan kaum yang setia kepada Khamenei, yang dengan teliti memeriksa calon presiden, telah menyingkirkan saingan Raisi yang paling menonjol dalam pencalonan. Hal itu mengurangi minat publik dalam pemungutan suara.

Para aktivis oposisi AS dan Iran menolak kemenangan Raisi sebagai tidak bebas dan tidak adil.

"Saya bersumpah untuk menjaga agama resmi, pembentukan Republik Islam dan konstitusi bangsa," kata Raisi pada upacara pengambilan sumpah.

Dalam pidatonya di depan parlemen, Raisi mengatakan, "Sanksi terhadap Iran harus dicabut, dan kami akan mendukung rencana diplomatik apa pun yang mencapai tujuan ini.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengakui Iran menderita banyak kekurangan dan mengalami banyak masalah. Namun tidak menjadi alasan untuk meratapinya, justru semangat untuk bangkit semakin menggelora. 

"Memperbaiki masalah ekonomi membutuhkan waktu tidak  dalam semalam,” tutur  Khamenei.