PM Inggris Johnson Terima Dosis Pertama Vaksin AstraZeneca

PM Inggris Johnson Terima Dosis Pertama Vaksin AstraZeneca
PM Inggris Johnson

MONITORDAY.COM - Erdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Sabtu (20/3) menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca COVID-19  dan mendesak masyarakat untuk melakukan hal yang sama.

Setelah disuntik vaksin tersebut, Johnson mengatakan "tidak merasakan apa-apa."

Johnson, 56 tahun, menerima vaksin di rumah sakit yang sama tempat ia hampir setahun lalu dimasukkan ke unit perawatan intensif dan diberi oksigen melalui selang di hidungnya karena tertular virus corona dan jatuh sakit parah.

"Saya benar-benar tidak merasakan apa-apa. Itu sangat baik, sangat cepat," kata Johnson setelah menerima suntikan di Rumah Sakit St Thomas di London.

"Saya sangat merekomendasikannya. Kalau Anda mendapat pemberitahuan untuk menerima vaksin, pergilah untuk disuntik, itu yang terbaik bagi Anda, terbaik untuk keluarga Anda dan untuk semua orang."

Perdana menteri Boris Johnson mengenakan masker hitam, kemeja dan dasi --dengan lengan baju digulung-- ketika seorang perawat menyutikkan vaksin padanya.

Inggris, Jumat, memecahkan rekor pemberian terbanyak suntikan virus corona dalam satu hari.

Hampir setengah dari semua penduduk usia dewasa telah menerima satu dosis sehingga menjadikan Inggris sebagai salah satu negara tercepat di dunia yang melancarkan program vaksin.

Keberhasilan itu telah membantu Partai Konservatif yang berkuasa kembali unggul dari oposisi utama Partai Buruh dalam jajak pendapat, setelah perdana menteri tahun lalu dituduh bertindak terlalu lambat untuk menghentikan penyebaran virus.

Johnson menerima vaksin AstraZeneca ketika negara-negara Eropa pada Jumat kembali menggunakan vaksin AstraZeneca setelah badan-badan pengawas obatan mengatakan manfaat vaksin tersebut lebih besar daripada risikonya. Sebelum itu, laporan bermunculan baru-baru ini soal kasus pembekuan darah pada sejumlah orang yang menerima vaksin AstraZeneca.

Beberapa negara, termasuk Jerman dan Prancis, membatalkan keputusan mereka untuk sementara waktu menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca setelah laporan sekitar 30 kasus langka soal pembekuan darah di otak membuat para ilmuwan dan pemerintah bergulat untuk memastikan kemungkinan kaitan kasus itu.

Vaksin AstraZeneca, yang dikembangkan oleh para ilmuwan di Universitas Oxford, juga menjadi pusat ketegangan antara Inggris dan Uni Eropa, setelah Brussels menyatakan kemarahannya atas kurangnya pengiriman vaksin yang berasal dari Inggris itu.

Berita 3

China Tangguhkan Empat Maskapai Penerbangan Asing

Otoritas China menangguhkan izin operasional empat maskapai penerbangan asing yang memasuki wilayah negara tersebut karena membawa penumpang terkonfirmasi positif COVID-19.

Dilansir dari Asia Times, Sabtu (20/3/2021), Badan Penerbangan Sipil China (CAAC) yang dilansir media setempat, Sabtu, menyebutkan keempat maskapai asing itu adalah Himalayan Airlines nomor penerbangan H9787 dari Kathmandu, Nepal, ke Chongqing, Saudia Arabian Airlines SV884 (Riyadh-Guangzhou), Polish Airlines LO93 (Warsawa-Tianjin), dan Uzbekistan Airlines HY601 (Tashkent-Xi'an).

Dalam penerbangan Himalayan Airlines pada 7 Maret tujuan Chongqing terdapat tujuh penumpang positif COVID-19 setelah dilakukan tes usap di bandara kedatangan.

Penerbangan berbendera Nepal tersebut ditangguhkan selama dua pekan, terhitung mulai 22 Maret.

Pada penerbangan Saudia Airlines pada 4 Maret tujuan Guangzhou didapati 10 penumpang positif COVID sehingga berbuntut penangguhan penerbangan bernomor SV884 itu selama empat pekan mulai 29 Maret.

Polish Airlines terkena sanksi penangguhan dua pekan mulai 22 Maret sebagai akibat dari lima penumpangnya, yang baru mendarat di Tianjin pada 4 Maret, dinyatakan positif COVID-19.

Pada 4 Maret itu pula, lima penumpang Uzbekistan Airlines dari Tashkent saat tiba di Xi'an didapati terpapar virus corona sehingga melahirkan sanksi penangguhan selama dua pekan, terhitung mulai 22 Maret.

China menerapkan penghargaan dan sanksi terhadap penerbangan internasional, baik maskapai China maupun maskapai asing, yang memasuki wilayah tersebut selama masa pandemi COVID-19.