Perusahaan Tibet Mulai Uji Klinis Vaksin Lokal Berbasis mRNA

Perusahaan Tibet Mulai Uji Klinis Vaksin Lokal Berbasis mRNA
vaksin/ net

MONITORDAY.COM - Negara-negara maju terus berupaya meneliti dan menuntaskan riset mereka terkait vaksin Covid-19. Sebagaimana dipublikasikan lembaga-lembaga riset vaksin Covid-19 diantaranya menggunakan inactivated virus, vektor, maupun mRNA.

Perusahaan farmasi besar Tiongkok, Tibet Rhodiola pada hari Selasa (5/1/2020) mengatakan vaksin anti-coronavirus yang dikembangkannya dengan Stemirna Therapeutics telah mendapat persetujuan dari regulator obat Tiongkok untuk uji klinis. Demikian dilaporkan efe.com dan Financial Post (6/1/2020).

Perusahaan tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Administrasi Produk Medis Nasional telah mengizinkannya untuk melakukan uji klinis tesebut sesuai rencana. Tiongkok telah mengembangkan berbagai jenis kandidat vaksin dengan berbagai platform. Salah satunya adalah Sinovac yang menggunakan platform virus tak aktif.

Rupanya Tiongkok tetap tak mau ketinggalan dalam pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini. Meski Tiongkok telah mengimpor pula jutaan dosis vaksin mRNA dari luar negeri.  Teknologi mRNA juga digunakan dalam vaksin dari Moderna Inc dan Pfizer Inc. Kedua vaksin ini sedang diluncurkan di Amerika Serikat.

Dengan kata lain pencapaian itu telah menghasilkan vaksin unggul. Kandidat vaksin COVID-19 mRNA Cina, yang dikembangkan bersama oleh Academy of Military Science (AMS), Walvax Biotechnology, dan Suzhou Abogen Biosciences, juga telah memasuki uji klinis tahap awal.

Tibet Rhodiola Pharmaceutical Holding Company adalah perusahaan yang berbasis di Tiongkok yang pada prinsipnya bergerak dalam produksi dan distribusi obat-obatan. Perusahaan menjalankan bisnisnya melalui distribusi produk obat paten, serta pengolahan obat-obatan dan lainnya. Perusahaan menjalankan bisnisnya terutama di pasar Cina Selatan, Cina Utara, Cina Timur, Cina Tengah dan luar negeri.

Vaksin yang tidak aktif atau vaksin yang dimatikan adalah vaksin yang terdiri dari partikel virus, bakteri, atau patogen lain yang telah dibudidayakan dan kemudian kehilangan kapasitas produksi penyakit.

Sebaliknya, vaksin hidup menggunakan patogen yang masih hidup tetapi hampir selalu dilemahkan, yaitu dilemahkan. Patogen untuk vaksin yang tidak aktif ditanam dalam kondisi terkontrol dan dibunuh sebagai cara untuk mengurangi infektivitas (virulensi) dan dengan demikian mencegah infeksi dari vaksin. Virus dibunuh dengan metode seperti panas atau formaldehida.

Karena virus yang tidak aktif cenderung menghasilkan respons yang lebih lemah oleh sistem kekebalan daripada virus hidup, adjuvan imunologis dan beberapa suntikan "penguat" mungkin diperlukan untuk memberikan respons imun yang efektif terhadap patogen yang tidak aktif.

Vaksin yang dilemahkan seringkali lebih disukai untuk orang yang umumnya sehat karena dosis tunggal seringkali aman dan sangat efektif.

Sementara virus vektor adalah alat yang biasa digunakan oleh ahli biologi molekuler untuk mengirimkan materi genetik ke dalam sel. Proses ini dapat dilakukan di dalam organisme hidup (in vivo) atau dalam kultur sel (in vitro). Virus telah mengembangkan mekanisme molekuler khusus untuk secara efisien mengangkut genom mereka ke dalam sel yang mereka infeksi.

Selain penggunaannya dalam penelitian biologi molekuler, vektor virus digunakan untuk terapi gen dan pengembangan vaksin.

Dan yang kini mulai dikembangkan adalah vaksin RNA atau vaksin mRNA (messenger RNA) adalah jenis vaksin yang menggunakan salinan bahan kimia alami yang disebut messenger RNA (mRNA) untuk menghasilkan respons imun.

Vaksin mentransfeksi molekul RNA sintetis menjadi sel kekebalan. Begitu berada di dalam sel kekebalan, RNA vaksin berfungsi sebagai mRNA, menyebabkan sel membangun protein asing yang biasanya diproduksi oleh patogen (seperti virus) atau oleh sel kanker. Molekul protein ini merangsang respon imun adaptif yang mengajarkan tubuh bagaimana mengidentifikasi dan menghancurkan patogen atau sel kanker yang sesuai.

Menurut laman wikipedia, penggunaan RNA dalam vaksin telah menjadi dasar dari misinformasi substansial yang diedarkan melalui media sosial, secara keliru mengklaim bahwa penggunaan RNA mengubah DNA seseorang, atau menekankan catatan keamanan teknologi yang sebelumnya tidak diketahui, sambil mengabaikan akumulasi bukti yang lebih baru dari uji coba. melibatkan puluhan ribu orang.