Massifkan Moderasi Beragama, Muhammadiyah Didorong Perkuat Literasi Digital

MONITORDAY.COM - Institut Bisnis Muhammadiyah Bekasi (IBM) menggelar Seminar Kebangsaan bertajuk "Moderasi Islam Berkemajuan dalam Bingkai Keindonesiaan", pada Kamis (23/12/2021) di Hotel Santika, Kota Bekasi.
Rektor IBM Bekasi, Dr. Jaenudin saat membuka seminar menyampaikan, kegiatan ini digelar sebagai wujud partisipasi IBM Bekasi dalam melaksanakan moderasi Islam berkemajuan yang dikemas dalam Catur Dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
Selaku pembicara, Founder Monday Media Group, Muchlas Rowi menyampaikan, Muhammadiyah sebagai organisasi yang mengusung Islam Wasathiyah atau Islam moderat, perlu mendorong segenap kadernya untuk melek literasi digital.
"Dengan memiliki kemampuan literasi digital, warga Muhammadiyah akan memiliki integritas sehingga mampu membedakan mana yang baik dan buruk," kata Muchlas dalam paparannya.
Menurut Muchlas, melek digital diperlukan karena toleransi beragama di Indonesia saat ini masih tergolong rendah. Misalnya survei dari PPIM UIN Jakarta 2021 menunjukkan bahwa, sikap toleransi di kalangan mahasiswa saat ini hanya sebesar 30,16 persen.
Hal itu ditunjukkan dengan mulai maraknya praktik beragama yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Kemudian juga munculnya tafsir agama yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara pengetahuan.
"Serta, mulai terlihat cara beragama yang merusak ikatan kebangsaan dengan tekanan yang mewujud pada pilihan sikap untuk mempolitisasi agama dan sikap majoritarianism," lanjut Muchlas.
Karena itu, Komisaris Independen PT Jamkrindo ini menilai, dengan memahami literasi media dan digital, maka upaya-upaya moderasi beragama kian massif, sekaligus mengukuhkan upaya dalam ‘Menjadi Muhammadiyah’ itu sendiri.
"Potret keberagamaan dari media sosial perlu digarap Muhammadiyah. kemudian Tajdid Muhammadiyah juga kini perlu mengarah pada model dan penerapan literasi digital," kata Muchlas Rowi.
Lebih lanjut, Muchlas mengatakan, masyarakat juga perlu mewaspadai konten-konten di media sosial, karena di dalamya saat ini banyak tersebar konten-konten yang misinformasi, disinformasi, dan malinformamsi.
Dosen IBM Bekasi ini menjelaskan, misinformasi merupakan informasi tidak benar, namun orang yang menyebarkannya berkeyakinan bahwa informasi tersebut sahih.
Kemudian, disinformasi, merupakan informasi yang juga tidak benar namun direkayasa (fabricated) sedemikian rupa oleh pihak-pihak yang berniat membohongi masyarakat, sengaja ingin mempengaruhi opini publik dan lantas mendapatkan keuntungan tertentu darinya.
Sementara malinformasi, menurut muchlas, yakni informasi yang memang memiliki unsur kebenaran, baik berdasarkan penggalan atau keseluruhan fakta obyektif.
"Namun penyajiannya dikemas sedemikian rupa untuk melakukan tindakan yang merugikan bagi pihak lain atau kondisi tertentu, ketimbang berorientasi pada kepentingan publik," demikian Muchlas Rowi.
Selain Muchlas, seminar kebangsaan ini turut menghadirkan beberapa pembicara lain, yakni Prof. Dadang Kahmad, selaku keynote speaker, serta dua narasumber lain yakni Jamjam Erawan dan Dadang Syarifudin.