Penggunaan Kecerdasan Buatan Melawan Penyebaran COVID--19
Kecerdasan buatan diharapkan memberikan peran dalam menghadapi situasi krisis global semacam epidemi atau pandemi virus corona saat ini. Beberapa perusahaan di Tiongkok berencana untuk meningkatkan sistem deteksi suhu untuk memasukkan teknologi pengenalan wajah.

MONITORDAY.COM – Bagaimana mendeteksi penderita demam yang melintas di bandara, pelabuhan atau terminal? Pertanyaan itulah yang harus dijawab dalam situasi seperti saat ini. Tidak semua dapat terdeteksi. Masih saja ada yang lolos. Di sinilah dibutuhkan piranti yang mampu melakukan kerja identifikasi dengan cerdas dan terus-menerus. Tak hanya itu, diharapkan pula piranti tersebut dapat ‘belajar’ dan menjadi semakin pintar.
Kecerdasan buatan diharapkan memberikan peran dalam menghadapi situasi krisis global semacam epidemi atau pandemi virus corona saat ini. Beberapa perusahaan di Tiongkok berencana untuk meningkatkan sistem deteksi suhu untuk memasukkan teknologi pengenalan wajah.
Pada 7 Februari 2020, perusahaan Kecerdasan Buatan berlabel Megvii mengatakan sedang mengerjakan solusi yang "mengintegrasikan deteksi tubuh, deteksi wajah, dan penginderaan ganda melalui kamera inframerah dan cahaya tampak" untuk membantu staf yang bekerja di bandara dan stasiun kereta api "untuk mengidentifikasi dengan cepat orang yang memiliki tubuh tinggi suhu ". Demikian dilaporkan Al Jazeera.
"Pengenalan wajah dan sistem nama asli akan membantu kami melacak orang-orang yang berpotensi terkena virus dan secara efektif mengekang penyebaran patogen," Zeng Yixin, wakil direktur Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok, mengatakan kepada wartawan pada 26 Januari.
Teknologi tingkat tinggi ini tidak tersedia selama wabah SARS pada 2003. Pemerintah Tiongkok mungkin telah mendirikan sistem pengawasan yang paling luas dan canggih di dunia.
Selain sistem nama asli - yang mengharuskan orang untuk menggunakan kartu ID yang dikeluarkan pemerintah untuk membeli sim ponsel, mendapatkan akun media sosial, naik kereta, naik pesawat, atau bahkan membeli bahan makanan - pihak berwenang juga melacak orang menggunakan sekitar 200 juta kamera keamanan dipasang secara nasional.
Dalam kehidupan modern kita telah melihat kecerdasan asisten pribadi yang didukung suara seperti Siri dan Alexa, hingga teknologi yang lebih mendasar dan mendasar seperti algoritme perilaku, pencarian sugestif dan kendaraan self-driving bertenaga mandiri dengan kemampuan prediksi yang kuat.
Banyak hal yang bisa dilakukan mesin. Tak hanya di pabrik. Mesin masuk ke dalam kehidupan kita, mempengaruhi cara kita hidup. Juga cara kita bekerja dan menghibur diri kita sendiri. Memang belum sepenuhnya mengambil alih. Entah suatu saat nanti. Teknologi kecerdasan buatan telah mengantarkan mesin untuk mendukung pekerjaan besar dan rumit.
Ada beberapa contoh dan aplikasi kecerdasan buatan yang digunakan saat ini. Saat krisis penyebaran penyakit seperti saat ini para ilmuwan dan rekayasawan mendapat tantangan baru sekaligus berpacu dengan waktu.
Teknologi AI atau kecerdasan buatan masih dalam masa pertumbuhan. Seorang insinyur perangkat lunak mengklaim bahwa perangkat lunak apa pun memiliki A.I. karena algoritma yang merespons berdasarkan input multi-faceted yang ditentukan atau perilaku pengguna.
Sistem kecerdasan artifisial sejati adalah sistem yang dapat belajar sendiri. Kita berbicara tentang jaringan saraf dari orang-orang seperti Google DeepMind, yang dapat membuat koneksi dan mencapai makna tanpa bergantung pada algoritma perilaku yang telah ditentukan. Benar A.I. dapat meningkatkan pada iterasi masa lalu, menjadi lebih cerdas dan lebih sadar, memungkinkannya untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya.
Hari ini, kita berbicara masih pada tataran pseudo-A.I. teknologi yang mendorong banyak interaksi berbasis suara dan non-suara manusia dengan mesin. Katakanlah sebagai fase pembelajaran mesin dari Era Digital.
Apa sih pengertian dasar AI? Menurut laman wikipedia kecerdasan buatan adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah atau bisa disebut juga intelegensi artifisial (bahasa Inggris: Artificial Intelligence) atau hanya disingkat AI, didefinisikan sebagai kecerdasan entitas ilmiah.
Dengan kata lain kecerdasan buatan sebagai “kemampuan sistem untuk menafsirkan data eksternal dengan benar, untuk belajar dari data tersebut, dan menggunakan pembelajaran tersebut guna mencapai tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel”. Itu menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein.
Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia.