Pasar Industri Halal Semakin Bersinar di Tahun Ini, Ini Kata Mendag

MONITORDAY.COM - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi ingin memperkuat pasar industri halal dan fesyen muslim di Indonesia pada tahun ini. Keinginan ini terinspirasi dari kesuksesan Wardah, kosmetik asli buatan Indonesia yang mampu membuat produk-produk Eropa 'gulung tikar'.
"Saya ini bangga sekali dengan Wardah. Mereka disukai dan hari ini, merek Prancis, Eropa, itu gulung tikar, kalah dari Wardah. Ini tugas kita, kalau tidak berhasil membuat Wardah-wardah baru, rasanya sayang ketika saya pergi nanti," kata Lutfi di penutupan Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan 2021, Jumat (5/3/2021).
Lutfi membagi strategi Wardah dalam mengambil hati para konsumen di dalam negeri dan juga luar negeri. Pertama, mereka berhasil membaca peluang pasar kosmetik di Indonesia yang rupanya diganderungi masyarakat perempuan.
Lebih lanjut, kesuksesan Wardah juga membuat Lutfi terinspirasi untuk bisa mengembangkan pasar industri halal dan fesyen muslim di Indonesia. Sebab, ia meyakini peluang ini bukan cuma ada di tangan Wardah, tapi juga industri sampai pedagang lain.
Apalagi, Indonesia merupakan negara berpopulasi besar dan mayoritas muslim, sehingga kebutuhan dan pasarnya ada. Masalahnya, untuk mengejar potensi itu perlu kebijakan yang tepat dan terintegrasi.
"Dan pastinya Kemendag tidak bisa sendirian, makanya kemarin pesan Pak Presiden, untuk adanya dewan ekspor nasional. Itu bagian supaya kemitraan pemerintah dan swasta bisa jalan, infrastruktur saja mesti sama-sama, apalagi urusan rasa, ini harus dipadukan," tuturnya.
Selain pasar industri halal dan fesyen muslim, Lutfi juga ingin meningkatkan ekspor 30 komoditas non-migas yang selama ini sudah menjadi tulang punggung ekspor nasional. Ia ingin porsi ekspor mereka lebih besar dari sekarang yang mencapai 88 persen dari total ekspor non-migas nasional.
"Tugasnya adalah bongkar pasar itu (30 komoditas utama non-migas) lebih dalam. Ekspor ini simple kok, barangnya sudah ada, tidak perlu tambah baru lagi," jelasnya.
Tak hanya meningkatkan ekspor 30 komoditas utama non-migas, ia juga ingin Indonesia bisa memperluas negara tujuan ekspor ke lokasi baru, misalnya Afrika. Caranya, tinggal ukur seberapa besar potensi di masing-masing negara di benua tersebut, lalu buat perjanjian dagangnya.
"Bongkar, pelajari, lihat, kalau growth-nya di atas 5 persen, sudah pasti prospek bagus untuk market kita, sudah lebih dari 5 persen, GDP-nya lebih dari US$1.000, pasti jualan mobil pun bisa kita kerjakan di sana. Kita bisa buat mereka ikut coba makan basis CPO kita, buka industri lain juga bisa," paparnya.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto menambahkan ada beberapa target yang ingin dicapai kementeriannya pada tahun ini terkait perdagangan luar negeri. Pertama, peningkatan promosi dan pameran dagang.
Kedua, peningkatan ekspor non-migas. Targetnya, ekspor ke negara akreditasi naik 6,38 persen, ekspor ke negara kelompok pasar utama naik 6,61 persen, dan ekspor ke negara potensial naik 4,02 persen.
Ketiga, mencetak 1.500 eksportir baru, khususnya dari kalangan UMKM. Caranya dengan memberikan fasilitas pembiayaan ke UMKM potensial. Keempat, menambah perjanjian dagang dengan negara mitra.
"Pemerintah menargetkan penyelesaian perjanjian dengan Uni Eropa, Maroko, Bangladesh, Turki, Tunisia, dan Pakistan," pungkasnya.