Muchlas Rowi Dorong Artificial Intelligence Untuk Filtrasi Konten Film

MONITORDAY.COM - Kebijakan filtrasi, penilaian dan penelitian terhadap konten media seperti perfilman sebelum di edarkan dan dipertunjukan merupakan bagian dari upaya untuk melindungi masyarakat dan mewujudkan hak masyarakat untuk mendapatkan konten perfilman yang bermutu dan berkualitas.
Namun, perlu ada terobosan Artificial Intelligence untuk melakukan upaya yang disebut memilah dan memilih tontonan apa yang layak untuk disajikan ke publik.
Demikian disampaikan oleh Muchlas Rowi selaku Founder Monday Media Group (MMG) saat mengawali prolog singkat di Diskusi Kopi Pahit MMG bersama Lembaga Sensor Film (LSF) RI dengan tajuk "Literasi Tontonan di Era Media Baru” Jum'at (24/12/2021).
Muchlas pun memberikan apresiasi kepada Rommy Fibri Hardiyanto (Ketua LSF RI) dan Naswardi (Ketua Komisi III LSF RI) atas sinergi yang baik ini.
Apresiasi juga diberikan kepada Faldo Maldini (Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara RI bidang Komunikasi dan Media), Rachel Eleeza Coloay (Putri Persahabatan 2020) dan Nuning Rodiyah (Komisioner KPI RI).
Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) atau teknologi kecerdasan buatan, kata Komisaris Independen PT. Jamkrindo, saat ini dibutuhkan untuk memahami dan menyikapi kompleksitas serta perubahan cepat pada perilaku konsumsi konten oleh audiens.
Dengan data science dan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI), mereka dapat memahami dan menciptakan nilai bagi pelanggan dengan menghadirkan konten yang disukai dan relevan dengan kebutuhan pelanggan.
Muchlas hendak memastikan moral bangsa tidak terjadi degradasi karena kemajuan digital saat ini.
Diketahui, pesatnya teknologi informasi kini telah menciptakan komunikasi masyarakat yang acak dan dapat mengakses apa pun tanpa memandang kelas, jabatan dan usia.
Artinya, perkembangan tekhnologi informasi menghadrikan demokrasi komunikasi digital. Upaya pembatasan hingga sensor pun menjadi tak mudah.
Regulasi yang kerapkali dikeluarkan juga menuai pro dan kontra, karena memastikan ruang digital bisa terawasi butuh extra effort dan harus beririsan dengan banyak hal, baik secara budaya, agama, norma, hak asasi dan sebagainya.
Ditambah pandemi yang belum mereda, aktivitas yang tadinya secara offline menjadi online yang lebih praktis. Namun banyak hal yang didapati dinilai perlu mendapatkan perhatian bersama.
" Siapa yang bisa batasi media sosial yang berseliweran begitu banyak.Selain sensor Film, hal yang paling simple, saya dapati anak pelajar bisa curhat dengan temannya di ruang digital via medsos yang jika orang tua tidak paham dunia digital, bisa bahaya. Sebagai orang tua, kita perlu memahami era digital saat ini," ungkap Muchlas.
Dalam perjalanan MMG, Bos Media ini mengaku jika Ia bersama timnya konsisten menyajikan literasi media, baik bermedsos hingga bijak berinformasi.
Selain Artificial Intelligence (AI), Muchlas mengakhiri sambutannya dengan meminjam nasehat Ali bin Abi Thalib yang cukup fenomenal mengenai pendidikan anak yakni “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”.
Maka dari itu, orang tua harus melek digital. Sebab, tantangannya semakin besar. Selain menjadikan medsos sebagai curhatan, anak generasi milenial dihadapkan dengan konten negatif, ujaran kebencian, hingga eksploitasi anak yang berbasis digital. Kondisi ini mengharuskan para orang tua untuk up to date.