Moment Quarter Life Crisis dan Ketakutan Menjadi Dewasa

Moment Quarter Life Crisis dan Ketakutan Menjadi Dewasa
Ilustrasi Foto/Net

MONITORDAY.COM -  Tuntutan hidup yang semakin banyak seiring bertambahnya usia menyebabkan generasi muda memiliki kecemasan tersendiri. Merasa kecewa, ingin menyerah dan merasa selalu menjumpai kegagalan membuat kebanyakan generasi muda takut untuk mencoba dan memulai sesuatu hal yang baru. Fenomena “takut tambah dewasa” dialami oleh kebanyakan generasi muda atau remaja yang menyebabkan mereka bertemu dengan momen-momen emosional dalam hidup.

Itulah kenapa belakangan sering ditemui generasi muda yang mencurahkan perasaan di sosial media mulai dari ketakutan dalam hal akademik, pekerjaan di masa depan, finansial, bahkan kehidupan berumah tangga, serta banyak lalainnya

Concern seperti ini juga dialami oleh orang-orang yang mengalami quarter life crisis dan belum lepas dari rasa takut menjadi lebih dewasa dengan serba-serbi ketidakpastian akan masa depan.

Media sosial memfasilitasi dan menjadi penyokong kehadiran fase quarter life crisis. Penelitian oleh Statista (2020) yang mencatat bahwa pada tahun 2020 kalangan usia 25-34 tahun dan 18-24 tahun menjadi peringkat pertama dan kedua tertinggi dalam penggunaan media sosial di ditunjukkan

Fase quarter life crisis tidak jarang terlihat di berbagai media sosial sebagai suatu keadaan remaja merasa resah terhadap masa depan. Hal ini didukung dengan data yang menunjukkan pengguna media sosial terbanyak berasal dari kalangan remaja.

Fenomena quarter life crisis yang memang rawan menjerat generasi usia muda saat ini. Pada konteks ini, sebuah studi yang mengelaborasi generasi muda dengan rentang usia 18-28 tahun, didapatkan beberapa aspek yang menyebabkan mereka mengalami fase quarter life crisis, di antaranya perasaan ambigu dalam mendeskripsikan dirinya, apakah sebagai “adult”, “young”, atau terjebak di antara keduanya.

Remaja yang sedang berada di masa aktif-aktifnya mengeksplorasi diri dan kehidupan mengalami kelabilan dalam menjalankan peran dan hubungan yang memungkinkan adanya perubahan gaya hidup dan tanggung jawab. 

Sebenarnya, Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar fase quarter life crisis dapat dilewati dengan baik, Pertama, berhenti membandingkan diri dengan orang lain, Karena proses hidup setiap orang berbeda. Fokus kepada diri sendiri dan mulai berproses tanpa membandingkannya dengan oranglain.

Kedua, berusaha lebih mencintai diri sendiri. Setiap individu memiliki keunggulan dan keistimewaan tersendiri yang apabila dikelola dengan baik dapat membuat hidup lebih bahagia.

Ketiga, lebih mengenali diri sendiri dan menggali potensi diri. Dengan hal itu, tujuan di masa depan akan lebih terarah dan memudahkan pula dalam merealisasikannya.

Keempat, mengubah keraguan dan kecemasan menjadi tindakan. Waktu luang yang dimiliki dapat digunakan untuk menjawab keraguan dan melakukan tindakan realisasi untuk menghilangkan keraguan tersebut. Dari yang sudah disebutkan sebelumnya, diharapkan individu akan lebih siap menghadapi krisis untuk menentukan masa depannya.

Fase ini akan terlewati seiring dengan berjalannya waktu. Solusi pengurangan energi negatif di fase ini perlu disikapi dengan serius agar fase quarter life crisis dapat terkendali.  Solusi tersebut bertujuan agar para remaja bisa melewatinya dengan mudah.

Fase quarter life crisis harus dijalani dengan ketenangan dan sikap positif agar fase ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan begitu, tidak menimbulkan masalah gangguan kesehatan mental pada diri seseorang.