Meski Tak Selesaikan Studi di UGM, Yahya Cholil Staquf Jadi Ketum PBNU, Jika Lulus Bisa Pimpin Muhammadiyah

MONITORDAY.COM - Penyair dan kolumnis lulusan Pondok Pesantren Sidogiri Jawa Timur dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ahmadul Faqih Mahfudz angkat bicara soal jejak rekam studi Ketum PBNU terpilih, Yahya Cholil Staquf.
Ahmadul memberikan academic jokes (candaan akademis) antara Ketum Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir dan Ketum PBNU terpilih, Yahya Cholil Tsaquf yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisip) Universitas Gadjah Mada (UGM).
"Gus Yahya Cholil staquf yang kini terpilih sebagai ketua umum pengurus besar Nahdlatul Ulama adalah jebolan Departemen sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, jebol karena memilih tidak lulus," ucap Ahmadul yang dikutip dari pesan singkat di whatsup yang dikutip oleh Monitorday.com, Senin (27/12/2021).
Ahmadul menyebutkan, Prof. Haedar Nashir yang saat ini Ketum PP Muhammadiyah adalah lulusan S3 di departemen sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.
Ahmadul sambil tersenyum dan berkata bahwa Dirinya Khawatir setelah hari ini mahasiswa-mahasiswi sosiologi Fisipol UGM bakal bergumam dengan nada satrikal.
"Kalau kuliah di sosiologi fisipol UGM cukup S1 saja dan enggak usah lulus biar jadi Ketua NU. Kalau sampai lulus apalagi sampai S3, bisa jadi Muhammadiyah," ungkap Ahmadul.
Pernyataan tersebut jelas mengindikasi bahwa meski tak lulus S1 Fisipol UGM, bisa jadi Ketua PBNU. Bagaimana jika bisa selesai hingga S3, bisa jadi Ketum PP Muhammadiyah.
Guru Besar Fisip Universitas Airlangga (Unair) Prof. Hotman Siahaan, yang juga senior Yahya Staquf (Ketum PBNU terpilih) memberikan pandangan soal gelar akademik.
Bagi Hotman, atribut pendidikan tidak menjamin sesuatu, apalagi di era seperti sekarang ini. Yang seharusnya dilihat justru kiprah intelektualnya ketimbang mempermasalahkan gelar.
Prof Hotman tidak menampik bahwa yuniornya itu tak sempat merampungkan kuliah namun bukan berarti tidak mampu memimpin organisasi bersar.
Terbukti, Ketum PBNU periode 2021-2026 dipilih oleh Muktamirin (pemegang suara Muktamar) dan mampu mengalahkan rivalnya Said Aqil Siradj
"Ketika itu Yahya tinggal mengerjakan skripsi saja. Tapi terus ditinggal studi ke Mesir atau ke Arab gitu lho, sehingga tidak sempat selesai,” kata Hotman.Senior Ketum PBNU terpilih, kepada awak media, Ahad (26/12/2021).
Hotman mengatakan saat ini berderet-deret intelektual bergelar profesor doktor. Yang bergelar guru besar pun berseliweran. Namun banyak yang jejak rekam kiprah intelektualnya belum terlalu memuaskan.
“Pengetahuan dan ilmu Yahya Staquf luar biasa, itu yang menurut saya lebih penting dari sekedar gelar,” kata Hotman.