Melihat Pesatnya Pertumbuhan Bangladesh yang Patut Dicontoh

Melihat Pesatnya Pertumbuhan Bangladesh yang Patut Dicontoh
Gambaran wilayah ibu kota Bangladesh, Dhaka/(Foto/net)

MONITORDAY.COM - Melihat Bangladesh dengan pertumbuhannya saat ini, siapa pun pasti terkaget, terutama India dan Pakistan. Negara yang selama ini dianggap belum berkembang saat ini melejit luar biasa.

Demikian dikatakan Founder Monday Media Group Muchlas Rowi, dalam diskusi virtual Kopi Pahit bertajuk "Indonesia-Bangladesh Who's The Next Asian Tiger?" pada Kamis (15/7/2021).

"Pendapatan per kapita India masih sekitar 40 persen lebih tinggi dibanding Bangladesh pada tahun 2015 lalu. Namun kini, Bangladesh tumbuh eksponensial. Melampaui negara-negara berkembang lainnya di Asia," kata Muchlas.

Muchlas menambahkan, keberhasilan ekonomi Bangadesh kini jadi perbincangan media-media dunia. Hal ini karena Bangladesh yang disebut Least Developed Countries (LDC) atau negara belum berkembang itu menjadi negara paling memiliki pertumbuhan positif di dunia saat ini.

"Bangladesh kini, jadi industri raksasa senilai $ 30 miliar. Ekonomi sudah terdiversifikasi, ke banyak sektor. Sektor jasa salah satunya. Juga ada keuangan mikro yang dikembangkan Muhammad Yunus pertama kali. Begitu juga komputasi yang menyumbang 53% dari PDB Bangladesh," lanjut Muchlas.

Di samping itu, di sektor keuangan mikro dan keberhasilan industri IT, nagara Asia Selatan itu juga mengekspor $1 miliar produk teknologi tiap tahunnya. Hebatnya lagi, Bangladesh punya 600.000 pekerja lepas IT dengan kualitas dan skill amat baik.

"Bangladesh juga ternyata merupakan produsen beras terbesar keempat dunia. Juga produsen rami terbesar kedua dunia. Dana Bangladesh ternyata produsen mangga terbesar keempat dunia. Bener-bener hebat," lanjut Muchlas.

Sejak tahun 2009, Bangladesh sudah mencapai pertumbuhan lebih dari 6 persen dan lulus menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah pada tahun 2015. Lebih dari itu, di tahun 2018, Bangladesh berhasil memenuhi kriteria PBB untuk lulus dari status 'negara kurang berkembang' pada tahun 2024.

Diskusi virtual Kopi Pahit bertajuk "Indonesia-Bangladesh Who's The Next Asian Tiger?", Kamis (15/7/2021).

Muchlas menilai, dalam hal ini Bangladesh telah berhasil mengikuti 'buku pedoman' yang diadopsi oleh negara-negara Asia Timur, terutama China yang memacu pertumbuhan mereka yang luar biasa selama bertahun-tahun.

Hal itu dilakukan melalui pemanfaatan tenaga kerja yang berketerampilan rendah dan mengembangkan kompetensi ekspor pada produk seperti tekstil, yang padat karya. 

"Kita tentu tahu, hal serupa juga dilakukan Vietnam. Ini patut dicontoh, bahwa menurut World Economic Forum, kesuksesan Bangladesh disebabkan oleh keberhasilannya memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya," demikian Muchlas Rowi.

Hal tersebut dibenarkan oleh Dubes Indonesia untuk Bangladesh dan Nepal, Rina Soemarno dalam diskusi tersebut. Dia mengatakan, Bangladesh memang dalam 12 tahun terakhir memiliki pertumbuhan yang tinggi, rata-rata mencapai 6,5 persen pertahun, bahkan puncaknya tahun 2019-2020 menjadi negara dengan pertumbuhan tertinggi di dunia yakni mencapai 8,5 persen.

"Hal ini karena Bangladesh begitu pawai memanfaatkan berbeagai kemudahan yang diberikan kepada negara yang belum berkembang, ini dimanfaatkan untuk memajukan ekonominya," ujar dia.

Rina menambahkan bahwa Bangladesh juga menjadi incaran investasi, terutama pada industri garmen, yang merupakan peringkat kedua terbesar di dunia setelah China.

Meski begitu, dia menyayangkan Indonesia tidak melihat potensi tersebut, karena sejauh ini Indonesia lebih banyak bekerja sama dengan negara Eropa dan Amerika, atau Timur Tengah. Padahal Bangladesh punya potensi yang sangat besar yang menjadi peluang bagi Indonesia.

"Apalagi Indonesia dan Bangladesh memiliki kedekatan secara historis. Di samping karena sesama negara dengan penduduk muslim terbesar, juga karena Indonesia merupakan salah satu negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Bangladesh saat berpisah dari Pakistan. Jadi hubungannya dekat sebenarnya," kata Rina.

Karena itu, posisi dia sebagai Duta Besar berupaya untuk mewujudkan kerjasama yang baik antar kedua negara. Kepada Indonesia, dirinya memperkenalkan Bangladesh untuk tujuan investasi, juga terkait dengan penguatan kerja sama ekonomi. Begitu juga sebaliknya memperkenalkan kekayaan dan potensi Indonesia ke Bangladesh.