Ma'ruf Amin: Sistem Kerajaan dan Republik Juga Islami

Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin mengatakan sistem negara yang islami bukan hanya kekhilafahan.

Ma'ruf Amin: Sistem Kerajaan dan Republik Juga Islami

MONITORDAY.COM - Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin mengatakan sistem negara yang islami bukan hanya kekhilafahan.

“Baik sistem kerajaan, keemiran, bahkan republik, juga bisa islami,” ujar Ma’ruf dalam tausiyahnya di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Minggu (6/1/2019).

Ma'ruf mengatakan banyak contoh di luar khilafah yang saat ini menganut Islam dengan baik. Arab Saudi dan Yordania, kata Ma'ruf menganut sistem kerajaan. Uni Emirat Arab, seperti Kuwait, Abu Dhabi, dan Qatar, yang menganut keemiran. Selain itu sistem republik juga ia akui demikian.

"Ada Republik Indonesia, ada Mesir, ada juga Republik Islam Pakistan, Turki, dan lain-lain," katanya.

Meski sama-sama Islami, kata Ma'ruf, ada alasan khilafah tertolak di Indonesia. Menurut dia karena pembentukan negara khilafah akan menyalahi kesepakatan bersama. Bukan hanya khilafah, tapi semua sistem akan demikian.

Ma'ruf mengatakan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah hasil dari kesepakatan, yang sampai hari ini terus dikawal agar tetap berdiri sebagai sebuah republik. Ia berkelakar, bila Indonesia menjadi negara kekhilafahan namanya tentu akan berubah bukan lagi NKRI, tetapi NAKHOI (Negara Khilafah Indonesia).

Ma'ruf mengharapkan seluruh masyarakat dapat terus memelihara NKRI, sembari tetap berjuang untuk Islam. Menurut Ma'ruf di Indonesia kesempatan itu tidak tertutup.

Indonesia telah menerapkan undang-undang berbau Islam seperti UU Wakaf, UU Haji, UU Perbankan Syariah, dan UU Surat Berharga Syariah Negara.

"Perjuangan kita itu harus dalam bingkai NKRI," kata mantan Rais Aam Nahdlatul Ulama ini.

Ia juga mengatakan tidak ingin Indonesia pecah seperti Afghanistan. "Jaga negara ini tetap utuh. Jangan sampai kita menjadi seperti negara-negara di Timur Tengah, seperti Afghanistan," lanjutnya.

Menurut Ma'ruf Amin meski semua penduduknya muslim, bahkan memiliki banyak minyak, Afghanistan tetap menjadi negara yang miskin. Karena konflik yang berkepanjangan akibat sikap fanatik kelompok-kelompoknya, yang membuat mereka tidak bisa bersatu.