Korea Utara Sebut Tidak Perlu Pertemuan Dengan AS

Kami tidak merasa perlu untuk bertatap muka dengan AS, karena tidak menganggap dialog DPRK-AS sebagai tidak lebih dari alat untuk menghadapi krisis politiknya.

Korea Utara Sebut Tidak Perlu Pertemuan Dengan AS
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah, duduk di kursi) berfoto bersama para personel Pasukan Udara dan Antipesawat di Korea Utara. Foto diterbitkan oleh kantor berita Korea Utara KCNA, Minggu (17/11/2019). (ANTARA/KCNA via REUTERS/TM)

MONITORDAY. COM - Korea Utara tidak merasa perlu melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat, yang akan menjadi tidak lebih dari "alat politik" bagi Washington, kata diplomat senior negara itu pada Sabtu, menjelang kunjungan utusan AS ke Korea Selatan.

Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui mengatakan negosiasi tidak akan berhasil antara Washington dan Pyongyang dan tidak akan ada perubahan dalam kebijakan Korea Utara.

"Kami tidak merasa perlu untuk bertatap muka dengan AS, karena tidak menganggap dialog DPRK-AS sebagai tidak lebih dari alat untuk menghadapi krisis politiknya," kata Choe dalam pernyataan yang dilaporkan kantor berita KCNA.

DPRK adalah singkatan dari Republik Rakyat Demokratik Korea, nama resmi Korea Utara.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Stephen Biegun dijadwalkan mengunjungi Korea Selatan minggu depan untuk membahas perundingan yang macet dengan Korea Utara.

Sebelumnya, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un perlu bertemu lagi sebelum pemilu AS pada November mendatang.

Pertemuan tersebut diharapkan akan membantu melanjutkan kembali perundingan nuklir yang macet antara AS dan Korea Utara.

Mantan penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton, mengatakan kepada wartawan di New York pada Kamis (02/07/2020) bahwa presiden mungkin melakukan pertemuan dengan Kim sebagai "Kejutan Oktober" menjelang pemilihan.

Trump dan Kim Jong Un bertemu untuk pertama kalinya pada 2018 di Singapura.

Mereka bertemu lagi di Vietnam pada 2019, tetapi pembicaraan itu berantakan ketika Trump mengatakan Kim tidak menawarkan cukup senjata nuklir atau rudal balistik sebagai imbalan atas pencabutan sanksi internasional.

Selama pertemuan ketiga mereka, pada Juni 2019 di zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, Trump dan Kim sepakat memulai kembali perundingan. Namun, pembicaraan tingkat kerja antara kedua pihak di Swedia pada Oktober terputus.