Konversi 200 PLTD ke EBT

Konversi 200 PLTD ke EBT
Dirjen EBTKE Kementerian ESDM/ net

MONITORDAY.COM - Energi baru dan terbarukan merupakan pengelolaan energi dari proses alam yang berkelanjutan dan dijadikan sebagai energi alternatif. Energi baru dan terbarukan bersifat ramah lingkungan sehingga berkontribusi dalam mengatasi pemanasan global dan mengurangi emisi karbon dioksida.

Dadan Kusdiana selaku Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan, perkiraan kapasitas listrik yang bisa dihasilkan dalam program konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke Energi Baru Terbarukan (EBT) bisa mencapai 2 gigawatt (GW).

 “Totalnya hampir 2 GW, cukup besar kalau kita bisa susun suatu program bersama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN),” kata Dadan Kusdiana. 

Dadan menjelaskan, konversi PLTD diprediksi bisa mengurangi beban biaya pokok penyediaan (BPP) PLN, serta menekan impor BBM solar. Selain itu, konversi PLTD ke pembangkit hijau juga mempunyai dampak positif, yakni akan mengurangi emisi gas rumah kaca GRK). 

Apabila diperhatikan berdasarkan dampak sosialnya, penggunaan energi terbarukan dapat memberikan manfaat sosial seperti peningkatan lingkungan hidup yang lebih sehat, kemajuan dalam hal teknologi dan peluang untuk bekerja.

Lanjut Dadan, Kementerian ESDM saat ini tengah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk penyediaan lahan proyek pembangkit EBT. Misalnya, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan proyek pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm)  merupakan 2 contoh pembangkit EBT yang membutuhkan lahan lumayan luas. 

 Konversi PLTD termasuk salah satu upaya untuk mendorong pengebangan EBT di Indonesia sejalan dengan target bauran energi nasional, yakni 23% di 2025 mendatang. 

Tahap pertama, PLN akan melakukan konversi PLTD di 200 lokasi di seluruh Indonesia dengan kapasitas 225 megawatt (MW). Nantinya di tahap kedua kapasitas yang akan dikonversi ke angka yang lebih tinggi, yakni sebesar 500 MW dan tahap ketiga sampai 1.300 MW.

Di sisi lain, Direktur Mega Proyek PLN M Ikhsan Asaad menyatakan, 200 lokasi tersebut tersebar di seluruh Indonesia di antaranya di Papua, Maluku, dan Aceh. 

Menurut Asaad, pemilihan 200 lokasi pada tahap awal tentunya mempertimbangkan kondisi PLTD yang telah berusia lebih dari 15 tahun. Selain itu, lokasi-lokasi tersebut berada di wilayah terpencil dan sulit dijangkau (isolated) oleh sistem grid serta BPP listriknya sangat tinggi.

 Kini PLN juga tengah menginventarisasi sekaligus melakukan survei ke lokasi-lokasi tersebut yang pada umumnya memiliki radiasi solar (matahari) yang bagus, sehingga nanti terkait konversinya cukup untuk dibangun PLTS.

 Asaad menambahkan, di tahap selanjutnya sumber EBT yang akan digunakan lebih beragam lagi, seperti PLTBm, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) atau angin, dan juga Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). 

 “Jadi kita tidak hanya sebatas pada PLTS, tapi juga renewable energy lainnya,” tutup Asaad.