Kemenperin Dorong Kerja Sama Industri 4.0 dengan Taiwan
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan teknologi di sektor industri, salah satu upayanya dengan mendirikan Digital Capability Center (DCC).

MONITORDAY.COM - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan teknologi di sektor industri, salah satu upayanya dengan mendirikan Digital Capability Center (DCC).
Airlangga menuturkan pusat kemampuan digital ini akan dibangun sebagai bagian dari implemetasi peta jalan Making Indonesia 4.0 guna meningkatkan produktivitas dan daya saing sektor manufaktur di era industri 4.0.
Selain itu, Airlangga menyampaikan, pembangunan DCC bakal berkolaborasi dengan lembaga penelitian dan pengembangan teknologi di Taiwan bernama Industrial Technology Research Institute (ITRI).
“Modelnya mungkin akan mirip dengan DCC yang sudah ada di Singapura. Kerja sama lebih lanjut antara ITRI dengan Kemenperin, terus kami follow-up,” ungkap Airlangga dalam siaran persnya, Jum'at (24/5).
Menurut Airlangga, pembangunan DCC diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri yang belum menerapkan digitalisasi terutama sektor industri kecil dan menengah (IKM).
Lebih lanjut, Menperin mengungkapkan, dalam menyongsong era industri 4.0, Kemenperin telah menunjuk proyek percontohan atau lighthouse industry bagi lima sektor unggulan yang ditetapkan di dalam Making Indonesia 4.0.
“Lima sektor besar prioritas pengembangan industri 4.0 pendekatannya menggunakan sector based. Pada sektor tersebut, akan diimplementasikan smart factory dengan implementasi internet of things (IoT), big data, digital printing dan tools lainnya yang merupakan bagian industri 4.0,” terangnya.
Kemenperin meyakini, penerapan ekonomi digital akan mampu menciptakan peluang baru. Berdasarkan hasil penelitian McKinsey dan Pricewaterhouse Coopers (PwC), ekonomi digital mampu meningkatkan nilai tambah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar USD150 miliar pada tahun 2025.
Bahkan, pada 2025, Indonesia juga bakal membutuhkan sebanyak 17 juta tenaga kerja baru yang melek teknologi. Maka itu, mereka memerlukan skill baru, termasuk talenta yang berbeda dengan yang dimiliki sekarang. Di sektor manufaktur, diperkirakan akan bertambah 4,5 juta orang tenaga kerjsa, sedangkan 12,5 juta pekerja lainnya untuk sektor jasa pendukung industri.