Kehidupan Kedua, 6 Hari Diintubasi Dokter Ulul Albab Selamat Dari Covid-19

Kehidupan Kedua, 6 Hari Diintubasi Dokter Ulul Albab Selamat Dari Covid-19
Penyintas Covid dr.Ulul Albab, SpOG/ zoom

MONITORDAY.COM – Tenaga kesehatan berada di garda depan dalam penanganan pandemi COVID-19. Mereka menghadapi risiko yang sangat tinggi. Meski dengan protokol kesehatan dan perlindungan yang ketat ternyata banyak sekali tenaga kesehatan yang terpapar bahkan mengalami gejala yang parah hingga fatal. Kisah dari mereka yang berhasil sembuh akan sangat berarti dalam mengedukasi publik.

Berdasarkan data Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sepanjang Maret sampai Desember 2020 tenaga medis yang meninggal dunia akibat terpapar covid-19.Korban mencapai 504 petugas medis dan kesehatan yang wafat tersebut terdiri dari 237 dokter dan 15 dokter gigi, 171 perawat, 64 bidan, 7 apoteker, 10 tenaga laboratorium medik. Termasuk empat guru besar dari kalangan dokter umum dan tujuh guru besar dari 89 dokter berlatar belakang dokter spesialis.

Salah satu kisah penyintas COVID-19 dituturkan dr. Ulul Albab, SpOG, spesialis kandungan di Jakarta yang baru sembuh dari virus corona dalam diskusi virtual Kopi Pahit Sabtu (23/1/2021).

“Gejala yang saya alami berbeda atau tidak khas, batuk dan sesak tanpa demam. Saya pikir awalnya batuk biasa karena saya terkadang mengalami batuk kalau sedang kelelahan,” kata Ulul Albab.

Dokter spesialis kandungan dan kebidanan ini tidak pernah tahu dari mana ia terjangkit virus mematikan ini. Namun ia mengakui berat badannya memang membuatnya tergolong termasuk dalam kualifikasi mengalami obesitas. Sebelum mengalami gejala, hasil tes tidak memberi indikasi terpapar Covid-19. Hingga ia merasa batuk dan sesak nafas semakin berat.  

“Paru-paru hampir tidak berfungsi, kondisi yang sama mengakibatkan beberapa kolega meninggal dunia. Fungsi paru-paru tinggal 50%, hasil rontgen terlihat paru-paru putih semua. Jantung pun mulai mengalami peradangan”, kata Ulul Albab.

Dia menuturkan bahwa dirinya 22 hari dirawat di rumah sakit, termasuk 6 hari di intubasi dan 14 hari di ICU. Intubasi ini adalah proses pengambilalihan fungsi paru-paru, di mana paru-paru diistirahatkan, sementara sistem pernafasan untuk sementara waktu diganti oleh alat lain.

Tindakan ini diambil karena jika paru-paru masih bekerja secara berat maka terapi yang diberikan tidak memberi hasil maksimal. Risikonya memang sangat besar. Pilihannya ketika itu adalah mengikuti proses itu.

Salah satu pertanyaan mendasar adalah mengapa tenaga medis dengan APD lengkap banyak terpapar Covid-19. Diperkirakan petugas medis yang mengenakan APD 24 jam sehari begitu kelelahan karena bekerja di garis depan dalam waktu yang panjang membuat daya tahan tubuh mereka juga turun. Apalagi bagi tenaga kesehatan dengan kondisi dan kebiasaan hidup sehat yang kurang baik.  

“Istirahat kurang, olahraga jarang, makan tidak teratur. Sering ngopi dan makan mie instan selepas bertugas,” kata Ulul Albab.

Dokter spesialis kandungan lulusan Universitas Indonesia, kelahiran Pati tahun 1980, bekerja di sebuah rumah sakit di Jakarta. Setiap hari melayani sekitar 30-40 pasien.  Hal yang tentu membuat dirinya berada dalam kondisi lelah.

Terkait dengan vaksinasi publik perlu memahami bahwa hal itu bukan pengganti protokol kesehatan 3T dan 3M, tetapi harus berjalan beriringan.

Dimana 3T adalah sebutan untuk testing, tracing dan treatment, atau pengujian, pelacakan dan perawatan kesehatan. 3 M adalah sebutan untuk mengenakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Keduanya adalah bagian dari protokol kesehatan yang dijalankan banyak negara, termasuk Indonesia, untuk mencegah perebakan Covid-19.

“Setelah sembuh saya berjanji akan melakukan edukasi. Salah satu yang menjadi catatan penting adalah bahwa dalam hal penanganan Covid-19 sangat bergantung pada kecepatan dan ketepatan dalam melakukan diagnosis dan tindakan medis. Jadi jangan takut menghadapi testing dan tracing, ” pungkas Ulul Albab.