Kebijakan PPKM Level 3 Nataru Serempak di Indonesia, Epidemiolog: Kurang Tepat!

Kebijakan PPKM Level 3 Nataru Serempak di Indonesia, Epidemiolog: Kurang Tepat!
Ilustrasi/net.

MONITORDAY.COM - Kebijakan pemerintah untuk memberlakukan PPKM Level 3 saat libur perayaan Natal dan libur Tahun Baru (Nataru) mendapat beragam tanggapan yang pro dan kontra sebagian pihak.

Ahli Kesehatan Lingkungan dan Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai rencana pemberlakuan PPKM level 3 di seluruh Indonesia saat periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) kurang tepat. 

Pasalnya, dengan pemberlakuan pembatasan sesuai kondisi ditiap daerah saat ini sudah sesuai. Hanya saja untuk pencegahan potensi kenaikan kasus saat Nataru yang dikhawatirkan menjadi ancaman gelombang ketiga, pemerintah cukup menambah kebijakan pengetatan mobilitas masyarakat. 

"Melarang kerumunan dan keramaian itu harus, tapi itu harus sesuai dengan konteks tempatnya," ujar Dicky dalam Diskusi Daring Alinea Forum. 

Lebih lanjut Dicky menjelaskan, penurunan level PPKM di tiap daerah saat ini merupakan buah dari partisipasi dan pengorbanan dari berbagai pihak, mulai dari masyarakat dan sektor usaha. 

Dengan pemberlakuan PPKM level 3 di semua daerah dikhawatirkan akan menimbulkan demotivasi di masyarakat. 

"Kalau ada daerah sudah berusaha mencapai PKM level 1, itukan bukan hanya peran pemerintah saja ada peran dunia usaha ada peran masyarakat dan sektor lain. Jadi ketika itu berhasil dilakukan ya perlu insentif atau reward bagi mereka itu harus layak tapi dengan batasan-batasan sesuai dengan leveling-nya,"paparnya. 

Sebagai langkah antisipasi potensi gelombang ketiga perlu dilakukan satu upaya mitigasi. Diantaranya pengetatan penerapan protokol kesehatan terutama bagi daerah yang telah turun leveling namun justru mengalami penurunan kedisiplinan 5M. 

Testing dan tracing juga perlu ditingkatkan meski kasus saat ini mengalami penurunan. Kemudian perlu juga adanya penguatan pintu masuk negara guna mencegah importasi varian-varian baru. 

"Termasuk juga dalam hal ini vaksinasi penuh itu menjadi kunci. Ketika bicara penuh sekali lagi dosisnya harus 3 dosis sekarang. Kalau bicara konteks Indonesia harus dipercepat adalah vaksinasi pada lansia dan orang dengan komorbid," harapnya