Jokowi Resmikan Bendungan Tukul di Kampung Halaman SBY

MONITORDAY.COM - Tukul dalam bahasa Jawa bermakna tumbuh atau bertunas. Tak hanya melekat sebagai nama beken komedian, Tukul juga akan menjadi salah satu tonggak pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di kawasan pantai selatan Jawa. Publik akan menandai Tukul sebagai nama bendungan.
Bendungan Tukul merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang bertujuan menambah kapasitas tampungan air di wilayah sekitarnya sehingga suplai air irigasi akan tetap terjaga. Kehadiran bendungan dapat bermanfaat sebagai sumber air baku, energi, pengendalian banjir, dan pariwisata yang akan menumbuhkan ekonomi lokal.
Jokowi akan meresmikan Bendungan Tukul, hari ini, Minggu (14/2). Bendungan tersebut terletak di Desa Tukul, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Pacitan dikenal sebagai kampung halaman mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) yang diwakili oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo melaksanakan pengisian awal (impounding) waduk di Bendungan Tukul di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Kamis (01/09/2020).
Impounding tersebut dilakukan secara simbolis oleh Direktur Bendungan dan Danau Ditjen SDA, Airlangga Mardjono, S.T., M.T., Bupati Pacitan, Indartato, Kepala BBWS Bengawan Solo, Dr. Ir. Agus Rudyanto, M.Tech., dan Kepala Dinas PU SDA Provinsi Jawa Timur, Ir. M. Abduh M. Mattalitti, CES., dengan menekan tombol sirene yang sekaligus menandai penutupan saluran pengelak untuk membendung aliran Sungai Telu. Acara yang dilaksanakan tetap dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Infrastuktur tersebut dibangun di lahan seluas 44,81 ha, tepatnya di Desa Karanggede, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, dan dapat mengairi sekitar 600 ha lahan persawahan. Selain itu juga berfungsi sebagai penyedia air baku sekaligus sebagai konservasi lahan.
Tak hanya sebagai irigasi dan menjadi sumber air baku sebesar 300 liter/detik, Bendungan Tukul dibangun dengan tipe urugan random dan Zonal Inti Tegak, yang memiliki kapasitas tampungan total sebesar 8,68 juta m3 dan dapat menjadi penggerak PLTA Mikrohidro sebesar 2 x 132 KW. Selain itu juga dapat mereduksi banjir hingga 44,86 m3/detik.
Direktur Bendungan dan Danau Ditjen SDA, Airlangga Mardjono, S.T., M.T., turut menyampaikan bahwa pengelolaan SDA dan irigasi akan terus dilanjutkan dalam rangka mendukung produksi pertanian yang berkelanjutan. “Hadirnya bendungan juga akan meningkatkan produktivitas di bidang pertanian untuk mendukung ketahanan pangan Nasional. Kami berharap Bupati Pacitan beserta jajarannya dapat meneruskan program yang sudah ada, dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat segera dimanfaatkan dan airnya mengalir hingga ke persawahan milik petani,” pesannya.
Kepala BBWS Bengawan Solo, Dr. Ir. Agus Rudyanto, M.Tech., menyampaikan dalam pidatonya pembangunan Bendungan Tukul telah melewati banyak hal yaitu sertifikasi persetujuan desain, izin pelaksanaan konstruksi, dan sertifikasi persetujuan pengisian bendungan. “Saat ini progres fisik bendungan yang pembangunannya dilaksanakan mulai tahun 2013 ini telah mencapai 90% dan telah memasuki akhir pekerjaan konstruksi, sehingga diperlukan pengisian awal waduk sebagai salah satu persyaratan pengoperasian bendungan,” imbuhnya.
Bupati Pacitan, Indartato, turut menyampaikan bahwa atas nama Pemerintah Kabupaten Pacitan bersama masyarakat mengungkapkan terimakasih kepada BBWS Bengawan Solo dengan dibangunnya Bendungan Tukul. “Mari kita dukung dan pelihara pembangunan infrastuktur bendungan ini, karena manfaat yang dihasilkan akan membawa kemakmuran bagi kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.
Pengelolaan sumber daya air di Indonesia merupakan hal yang kompleks sehubungan dengan pemanfaatan air. Baik dalam pemenuhan hajat hidup masyarakat, mendukung roda perekonomian, pertumbuhan industri, dan lain sebagainya. Semoga dengan dibangunnya infrastruktur bendungan yang memadai, dapat memberikan tekanan dan manfaat yang besar bagi lingkungan, dalam hal ini ketersediaan SDA yang terbarukan dan berkelanjutan.