Jangan Panik Berlebih Hadapi Covid-19, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya

Covid-19, sebagaimana virus lain, membutuhkan inang atau mahluk hidup lain untuk berkembang biak. Dalam kasus di manusia, virus ini masuk melalui jalur pernafasan untuk berkembang biak.

Jangan Panik Berlebih Hadapi Covid-19, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya
dr Nurul Wahdah Sp.KP (dok. MONITORDAY)

MONITORDAY.COM - Dunia saat ini tengah berperang menghadapi wabah virus Corona (Covid-19). Belasan ribu orang meninggal dunia akibat paparan virus yang dikabarkan pertama kali menyebar di Wuhan, Tiongkok itu. Italia adalah negara dengan korban jiwa terbanyak akibat virus ini, yakni mencapai lebih dari 5 ribu orang.

Di Indonesia, berdasarkan data pemerintah hingga Senin (23/3), menunjukan ada 579 orang yang dinyatakan positif Covid-19, 30 orang dinyatakan sembuh, serta yang meninggal dunia akibat virus ini mencapai 49 orang. Jumlah ini diprediksi masih akan bertambah.

Cepatnya sebaran Covid-19 membuat masyarakat khawatir akan ikut terjangkit virus ini. Kekhawatiran itu membawa dampak buruk bagi masyarakat sendiri. Seperti maraknya aksi panic buying, aksi borong masker dan hand sanitizer, yang berujung pada kelangkaan.

Sebenarnya, bagaimana sikap yang benar harus dilakukan masyarakat agar terhindar dari virus ini?. Dokter dari Balai Kesehatan Penerbangan, Kementerian Perhubungan RI, dr Nurul Wahdah Sp.KP, memberikan penjelasan singkat soal Covid-19, termasuk penyebaran, gejala penderita, hingga pencegahannya.

dr Nurul menjelaskan, bahwa Covid-19 merupakan virus jenis baru yang saat ini belum ada vaksinnya. Kemunculannya pada akhir tahun 2019 lalu di Tiongkok membuat para ilmuwan sampai saat ini belum secara pasti dapat menjelaskan sifat dan tipikal virus ini.

"Namun cara penularanya hampir sama dengan beberapa jenis virus lain yakni melalui droplet. Yaitu bisa melalui kontak langsung seperti ini, melalui interaksi, ngobrol, bisa menularkan," tutur dia, saat dihubungi monitorday.com, Senin (23/3).

Ia juga menjelaskan bahwa Covid-19, sebagaimana virus lain, membutuhkan inang atau mahluk hidup lain untuk berkembang biak. Dalam kasus di manusia, virus ini masuk melalui jalur pernafasan untuk berkembang biak.

"Covid-19 ini juga memerlukan waktu untuk menjangkit seseorang, yang disebut masa inkubasi, biasanya 7-14 hari. Namun pemerintah saat ini telah menambahnya hingga 21 hari, sebagai langkah antisipasi," tambahnya.

Adapun gejala yang dialami oleh seseorang yang terpapar virus ini beragam. dr. Nurul menjelaskan bahwa gejala yang ditimbulkan akan bergantung pada kekebalan tubuh masing-masing orang.

Jika daya tahan tubuh seseorang kuat, maka virus ini tidak akan banyak mengganggu kesehatan. Begitu sebaliknya, jika imun lemah maka paparan virus ini dapat berakibat fatal, bahkan hingga menyebabkan kematian.

"Ada yang terjangkit langsung sakit, ada juga yang terjangkit besoknya cuma bersin-bersin, bahkan ada yang tidak bergejala. Jadi imun tubuh kita berantem dengan virus," ungkapnya.

Karena itu, sebenarnya bagi orang yang mempunyai sistem imun kuat biasanya tidak memiliki gejala apapun meski telah terpapar Covid-19. Dan jika pun ada gejala ringan bisa sembuh sendiri tanpa diobati.

Meski begitu, dr. Nurul menekankan agar jangan anggap remeh sebaran virus ini. karena berdasarkan data, penularannya di dunia begitu cepat, dan sampai saat ini belum ada vaksin yang bisa menjadi antivirus Covid-19.

"Jangan juga masyarakat yang merasa mempunyai tubuh sehat-sehat saja menganggap enteng. Karena virus ini sangat mudah menyebar," tegasnya.

Pembatasan Sosial dan Pola Hidup Sehat

Karena itu, dr Nurul menegaskan bahwa cara paling masuk akal untuk mencegah sebaran virus ini adalah membatasi diri untuk tidak melakukan kontak langsung dengan orang banyak. Social distancing atau phisycal distancing yang dianjurkan pemerintah harus benar-benar ditaati oleh masyarakat.

"Karena orang-orang yang positif Covid-19 tanpa gejala juga bisa menularkan ke orang lain. Yang dikhawatirkan menjangkit orang-orang yang rentan seperti lansia, atau yang mempunyai penyakit bawaan," lanjutnya.

"Jika tidak ada keperluan yang mendesak dan penting sekali, sebaiknya tetap berada di rumah untuk memutus rantai penyebaran virus ini," tambah dr Nurul.

Selain itu, untuk mencegahnya, masyarakat juga harus selalu menerapkan pola hidup sehat. Hal ini penting untuk memperkuat sistem imun. Serta kemudian yang tak kalah penting adalah selalu menjaga kebersihan.

"Terapkan pola hidup sehat makan teratur, olah raga, istirahat cukup, serta selalu menjaga kebersihan dan rajin cuci tangan," tutur dia.

Menurut dr Nurul, pengetahuan dasar mengenai Covid-19 ini harus diketahui masyarakat supaya tidak terjadi kepanikan. Karena itu Ia menyarankan agar pemerintah dapat memberikan pengetahuan berupa panyuluhan kepada masyarakat terkait virus ini.

"Perlu ada penyuluhan di masyarakat agar tau bagaimana cara penularannya, gejalanya, maupun mana saja yang rentan berdampak fatal karena virus ini," ungkapnya.

Selain itu, Ia juga menyarankan agar pihak yang memiliki otoritas dapat menunjuk fasilitas kesehatan khusus rujukan Covid-19 di setiap wilayah yang berpotensi terpapar. Menurutnya, hal ini penting agar masyarakat dapat dengan mudah mengakses rumah sakit rujukan.

"Juga karena ada beberapa rumah sakit swasta yang kabarnya tidak mau publik tahu kalau tengah merawat pasien Covid-19. Mungkin karena tidak mau omset menurun jika ketahuan, atau alasan ekonomi lainnya," lanjutnya.

Sebagai antisipasi lonjakan pasien Covid-19, dr Nurul juga menyarankan agar gedung Puskesmas, sebagai fasilitas kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat, dapat disiapkan untuk tempat isolasi penanganan pasien.

"Tentunya fasilitas dan alat kesehatan, serta tenaga medisnya tetap harus memadai untuk merawat pasien Covid-19," ujar dr Nurul menandaskan.