Ini Alasan Badai Bernama Perempuan

MONITORDAY.COM - Badai dengan nama perempuan cenderung lebih mengerikan. Mulai dari badai Katrina, La Nina, Eloise dan terbaru Siklon Tropis Cempaka yang bisa melipatgandakan jumlah korban tewas.
Sementara itu, dilansir dari situs National Hurricane Center, Senin (4/1/2020) penggunaan nama perempuan ini membuat badai lebih mudah dikenali dan diingat.
Penggunaan nama yang mudah diingat juga mengurangi kebingungan ketika dua atau lebih badai tropis terjadi pada saat bersamaan. Misalnya, satu badai bisa bergerak perlahan ke barat di Teluk Meksiko, sementara pada saat bersamaan badai lain bisa bergerak cepat ke utara sepanjang pantai Atlantik.
Andrew Ryan staf ahli Office Met (antor layanan Meteorologi di Inggris) mengatakan bahwa badai yang di ambil dari nama perempuan tidak selalu dikaitakan dengan sisi negatif. Yang terpenting dari menamai badai ini menjadikan masyarakat lebih sadar akan bahaya badai itu sendiri.
Jika sedang terjadi badai di sebuah negara, orang-orang akan lebih mudah untuk mengikuti berita di TV, radio, atau media sosial jika badai itu memiliki nama.
"Kami telah melihat bagaimana penamaan badai lebih meningkatkan kesadaran akan cuaca buruk sebelum badai menyerang,” kata Andrew Ryan staf ahli Office Met.
Ivan R Tannehill dalam bukunya Hurricanes menulis kalau banyak badai tropis besar yang dinamai orang-orang kudus.
Misalnya, ada badai Santa Ana yang melanda Puerto Rico dengan kekerasan luar biasa pada 26 Juli 1825. Dan, San Felipe 1 dan San Felipe 2 yang melanda Puerto Rico pada 13 September pada tahun 1876 dan 1928.
Universitas Illinois dan Arizona pun melakukan penelitian mengenai nama-nama badai dan korelasinya dengan kerusakan yang ditimbulkannya.
"Kami menemukan bahwa bencana alam dikaitkan secara simbolis dengan jenis kelamin tertentu sesuai dengan peran sosial dan ekspektasi masyarakat terhadap jenis kelamin tersebut,” tulis mereka dalam jurnal penelitian ilmiah.
Tak hanya di Amerika Serikat, bencana badai di Indonesia juga memiliki nama. Nama-nama badai di Indonesia lebih unik lagi yaitu dari nama bunga yang identik dengan keindahan.
Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Harry Tirto Djatmiko mengungkapkan bahwa nama Cempaka dalam siklon tropis terlahir sejak Senin lalu (27/11). Tiap siklon tropis sudah diberikan nama.
“Indonesia dan badan meteorologi di seluruh dunia punya kesepakatan dalam memberikan nama. Siklon Tropis itu badai, Cempaka itu namanya yang diberikan,” kata Harry Rabu malam (29/11).
Menurut WMO (World Meteorilogical Organization), nama yang unik dianggap lebih mudah diingat ketimbang angka atau istilah teknis lainnya. Banyak pihak sepakat bahwa penamaan badai dapat memudahkan media dalam melaporkan isu siklon tropis, serta meningkatkan kewaspadaan warga.
Dalam memberi nama siklon tropis yang terjadi di Indonesia, BMKG sudah menyiapkan nama Anggrek dan Bakung. Masing-masing abjad memiliki alternatif. Misal, nama Anggrek telah digunakan, maka kemudian Anggur menjadi pilihan nama.
Untuk mempermudah, nama siklon diurutkan dari A sampai Z. “Tapi kalau itu sudah habis kami usulkan nama buah. Sementara ini yang kami usulkan nama bunga. Tapi baru C, sampai Z masih sangat jauh,” jelas Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R Prabowo.
BMKG menyatakan ada tujuan khusus dalam menamai siklon tropis dengan nama bunga. Yakni, agar siklon tropis yang sifatnya merusak tidak dianggap menjadi sesuatu hal yang buruk.