Ingat! Skill Boleh Millennial, tapi Attitude, Contoh Generasi Terdahulu

Tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan generasi saat ini jauh melebihi generasi sebelumnya. Semakin canggih dan prestasi-prestasi banyak diukir. Tetapi soal moral atau akhlak, generasi terdahululah yang mengajarkannya, belajarlah dari mereka.

Ingat! Skill Boleh Millennial, tapi Attitude, Contoh Generasi Terdahulu
Generasi millennial generasi harapan bangsa/(winnetnews)

MONITORDAY.COM - Manusia dari generasi ke generasi akan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini diakibatkan dari banyak hal. Salah satu yang paling mempengaruhinya adalah akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat. Semakin canggihnya generasi saat ini, membuat semakin mudahnya mendapatkan informasi dan kemudahan dalam mengembangkan keterampilan/skill yang dimiliki.

Perubahan memang sejatinya bersifat tetap atau abadi. Karena setiap manusia pasti mengalami yang namanya pergeseran atau perputaran dalam hidupnya. Contohnya saja hal di sekitar kita, yaitu anak-anak di sekolahkan tentu punya maksud supaya mereka yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dan yang tadinya biasa saja menjadi anak yang luar biasa karena prestasi yang dimilikinya oleh karena perubahan yang terjadi.

Karena perubahan ini juga, sekarang banyak prestasi-prestasi di dunia yang diukir oleh kaum millennial. Banyak yang memiliki harapan supaya jabatan-jabatan tertentu dalam pemerintahan dijabat oleh kaum millennial, karena butuh inovasi dan kreatifitas untuk mendobrak kebiasaan lama yang sudah tidak relevan dengan kebutuhan saat ini, dan itu bisa dilakukan oleh kaum millennial.

Dilansir dari Kominfo, istilah generasi/kaum millennial memang sedang akrab terdengar. Istilah tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya. 

Millennial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers. Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini. 

Millennial atau sering disebut generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah generasi X. Mereka lahir pada kisaran 1980 hingga 2000-an.

Dikutip dari Indonesiabaik.id, riset yang dilakukan oleh lembaga Alvara Research Center mengatakan generasi millennial menyimpan potensi besar untuk bisnis. Pada tahun 2020, generasi millennial akan mendominasi populasi di Indonesia dengan porsi sekitar 34 persen, diikuti 20 persen generasi X, dan 13 persen generasi baby boomers (kelahiran 1946 hingga 1964).

Dari sekian fakta-fakta tersebut, ada hal yang sebenarnya perlu kita sadari, bahwa perubahan itu tidak selalu ke arah yang positif, ada kalanya juga mengalami perubahan yang negatif. Di balik semakin cerdasnya generasi saat ini atau kaum millennial, ternyata banyak juga yang tidak dibarengi dengan perilaku yang semestinya patut untuk ditiru.

Dapat kita lihat, saat ini banyak dan mudah untuk mencari dan mendapatkan individu-individu yang memiliki keterampilan/skill di atas rata-rata, individu yang yang memiliki kecerdasan melampaui generasi-generasi sebelumnya, maupun individu yang mampu mendobrak kebiasaan-kebiasaan lama atau jadul.

Tetapi, generasi saat ini, banyak yang tidak memiliki attitude atau moral yang terpuji. Alih-alih memanfaatkan teknologi atau media sosial sebagai wadah untuk aktualisasi diri dan berkembang melalui informasi terkini yang mudah didapatkan, tetapi mereka sering kali lupa bahwa mereka tidak hanya hidup di dunia maya, ada dunia nyata di sekitarnya yang perlu diperhatikan dan dihargai.

Sikap menghormati yang lebih tua, ramah atau memberi salam ketika berpapasan atau melewati orang lain, mendengarkan nasihat orang tua atau perintahnya dengan tidak membentaknya, sopan santun dalam bertutur kata, dan wawasan kebangsaan yang baik, terasa sudah luntur tak terlestarikan.

Keinginan serba instan atau ingin semuanya cepat dilakukan/terjadi, seperti sudah banyak yang memperlihatkan perilaku tersebut di kalangan millennial. Kesuksesan sejatinya tidak diraih dengan instan, tetapi perlu proses yang membutuhkan waktu yang membentuk dan menata diri menuju individu yang layak meraih kesuksesan itu.

Poin utama yang perlu dipahami adalah bahwa suatu kemampuan, keterampilan, kecerdasan, kreatifitas, maupun keahlian khusus, tidak berarti apa-apa jika tidak dibarengi dengan moral atau akhlak yang terpuji.

Kita bisa mencontoh bagaimana generasi terdahulu atau sebelum millennial ini, bagaimana perjuangannya untuk berkembang dan maju dengan moral atau akhlak yang terpuji dari ajaran-ajaran orang tua terdahulu, di tengah sulitnya mendapatkan fasilitas berupa informasi maupun teknologi yang belum berkembang pesat seperti saat ini.

Tetapi lihat, mereka mampu meraih kesuksesannya saat ini, buah dari kerja kerasnya yang tidak menuntut keinstanan dan attitude yang baik. Mereka juga mampu membesarkan dan memfasilitasi anak-anaknya dengan fasilitas yang terbaik supaya harapannya anak-anaknya memiliki masa depan yang jauh lebih baik.

Maka, contohlah mereka dalam hal membangun moral atau akhlak yang terpuji, kolaborasikanlah dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa kita kuasai dengan baik. Jadilah generasi yang berorientasi maju tetapi jangan tinggalkan hal-hal baik di belakang. Jadilah generasi pendobrak, tetapi jangan jadi pendobrak nilai-nilai terpuji. Jadilah generasi yang berwawasan luas, tetapi jangan lupa akan wawasan kebangsaan.

Bangsa yang besar bukan dilihat dari seberapa maju pembangunannya, seberapa canggih teknologinya, seberapa tinggi pendapatan per kapitanya, seberapa hebat menguasai pasar global, dan seberapa cerdas orang-orangnya, karena semua itu kita miliki, Bangsa Indonesia bisa melakukannya, tetapi bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki moral atau akhlak yang besar dan memiliki nilai-nilai luhur yang tetap lestari. Bangsa Indonesia punya itu semua, tetapi tidak semua bangsa memilikinya. Berbanggalah dan berubahlah menjadi bangsa yang besar.