Industri Perikanan dan Kecerdasan Buatan

Penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) terbukti efektif dalam meningkatkan produktifitas di berbagai bidang. Termasuk di bidang perikanan. Para nelayan muali mengenal berbagai teknologi menggantikan cara lama mereka dalam menentukan langkah dalam pekerjaaannya.

Industri Perikanan dan Kecerdasan Buatan
ilustrasi satelit perikanan/ net

LAKBAN - Penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) terbukti efektif dalam meningkatkan produktifitas di berbagai bidang. Termasuk di bidang perikanan. Para nelayan muali mengenal berbagai teknologi menggantikan cara lama mereka dalam menentukan langkah dalam pekerjaaannya.  

Pemerintah dan otoritas terkait juga punya kewajiban untuk emlindungi perairan dan laut lepas. Kelestarian dan keberlanjutan lingkungan dan sumber daya laut harus menjadi prioritas. Penggunaan berbagai peralatan dan cara menangkap ikan yang merusak lingkungan harus diminimalkan. Dan teknologi kecerdasan buatan sangat membantu upaya ini.  

Negara-negara yang memiliki teknologi maju telah memanfaatkan AI di sektor ini. Sebut saja Norwegia dan Jepang. Industri perikanan mereka menggunakan teknologi mutakhir termasuk kecerdasan buatan. Tiongkok dan Taiwan juga menggunakan berbagai teknologi maju mengingat kapasitas industri perikanan mereka mencakup sepatuh dari total produksi dunia.  

Laut kita terancam oleh kerusakan. Padahal kebutuhan pangan kita semakin bergantung pada hasil laut. Sumber daya yang penting dan berharga, yang terdapat di kawasan yang meliputi hampir separuh permukaan Bumi, diekstraksi, dengan hampir tidak ada kendali, hanya oleh segelintir negara kaya. Nampaknya tidak adil. Itulah kenyataannya perikanan industri di laut lepas hari ini.

Perikanan laut di bawah tekanan besar dari kenaikan suhu laut, pencemaran dan penangkapan ikan berlebihan - dan makanan laut yang penting untuk memberi makan penduduk yang semakin meningkat - melindungi lautan dan memastikan akses yang adil ke sumbernya tidak pernah mendesak.

Dengan menggunakan data satelit dan pembelajaran mesin, teknologi dapat menyajikan pergerakan kapal dalam waktu dekat, menjabarkan ruang lingkup dan skala penangkapan industri dan data ini digunakan dengan baik oleh para petugas perairan di seluruh dunia.

Kajian yang diterbitkan dalam beberapa bulan terakhir telah menggunakan peta perikanan kita, dan kumpulan data besar, untuk menunjukkan bahawa jejak penangkapan ikan laut lepas global lebih luas daripada yang difikirkan sebelumnya. Industri ini dikuasai oleh beberapa negara kaya. Dan tentu saja subsidi dari anggaran negara.

Pada bulan Februari, terbit sebuah kajian di Science yang mengungkapkan bahwa perikanan perindustrian menjangkau lebih dari 55 persen lautan global, dengan kapal yang beroperasi selama lebih dari 40 juta jam dan menempuh perjalanan 460 juta kilometer setahun.

Jarak yang cukup jauh untuk sampai ke bulan dan kembali 600 kali! Yang paling luar biasa adalah penemuan bahwa hanya lima negara yang menyumbang 85 persen dari semua perikanan yang diperhatikan di laut lepas: China, Sepanyol, Taiwan, Jepang dan Korea Selatan.

Kecenderungan ini dikendalikan oleh kajian lebih lanjut yang diterbitkan oleh University of California Santa Barbara yang menunjukkan bagaimana kapal yang dinaikkan ke negara berpendapatan tinggi bertanggung jawab atas 96.5 persen dari semua perikanan industri yang dapat dilacak di laut lepas.