Hubungan Indonesia-Belanda yang Menyejarah

Sejarah merupakan bagian penting dalam perjalanan bangsa-bangsa di dunia. Sejarah tidak bisa dihapus, namun sejatinya bisa dijadikan pelajaran untuk membangun hubungan yang setara, menguntungkan, dan saling menghormati.

Hubungan Indonesia-Belanda yang Menyejarah
Presiden Jokowi bersama dengan Raja Willem/setkab.go.id

MONITORDAY.COM – Sejarah merupakan bagian penting dalam perjalanan bangsa-bangsa di dunia. Sejarah tidak bisa dihapus, namun sejatinya bisa dijadikan pelajaran untuk membangun hubungan yang setara, menguntungkan, dan saling menghormati.

Demikian kiranya yang hendak disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tatkala menyampaikan pidatonya menyambut kunjungan kenegaraan Raja dan Ratu Kerajaan Belanda, Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima beserta delegasi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020) kemarin.

Jokowi seolah hendak menyitir ungkapan Ibnu Khaldun dalam magnum opusnya, 'Muqadimah', bahwa sejarah tak hanya butuh nama, tanggal, dan tempat, tapi juga argumentasi dan eksplanasi tentang penyebab dan bagaimana berjalannya suatu peristiwa.

Ini tentu saja menjadi sangat penting, terlebih dalam waktu dekat ini Indonesia akan mencapai usianya yang ke-75 tahun. Momentum ini dapat memperkuat peran Indonesia yang konsisten dalam penyelesaian masalah dunia yang terus berusaha berkontribusi dalam perdamaian dan kesejahteraan dunia.

Karena itu, Jokowi menyambut hangat Kunjungan kenegaraan Raja dan Ratu Kerajaan Belanda yang sejatinya bukan merupakan yang pertama kalinya, setelah 25 tahun yang lalu, Tahun 1995 Raja Willem (saat itu sebagai putera mahkota) bersama Ratu Beatrix yang juga pernah datang ke Indonesia.

"Ini bukan merupakan kunjungan perdana beliau ke Indonesia. Saya juga sering bertemu dan melakukan pembicaraan dengan Ratu Maxima dalam kapasitas beliau sebagai Penasihat Khusus Sekjen PBB untuk urusan Keuangan Inklusif," jelas Jokowi.

Dalam pidatonya, Presiden Jokowi juga mengajak 'Sri Baginda' atau Raja Willem untuk membangun hubungan yang kuat berdasarkan prinsip-prinsip hubungan diplomatis antar negara masa kini yang saling menguntungkan dan menghormati.

"Perdamaian dan stabilitas dunia dapat tercapai jika negara di dunia melakukan hubungan berdasarkan penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah negara lain," ujar Jokowi.

Ajakan tersebut disambut baik oleh Yang Mulia Raja Willem beserta delegasi dengan disepakatinya beberapa kerja sama yang baru dan penting dengan totalnya kurang lebih mencapai USD 1 Miliar. Bagi Presiden Jokowi, Belanda merupakan salah satu mitra penting Indonesia di Eropa, salah satu mitra strategis di bidang perdagangan, investasi, dan pariwisata.

Jika dieksplorasi lebih jauh menggunakan tipologi Ibnu Khaldun, maka hubungan negara-negara yang kini terbangun, termasuk Indonesia-Belanda, maka pertama kita bisa melihat ada belajar soal kebudayaan (‘ilm al-umrah). Yaitu adanya transformasi masyarakat dari satu tahap perkembangan ke perkembangan lainnya. Bagaimana masyarakat Belanda, atau negara-negara maju lainnya berkembang dan semakin civilian seperti negara-negara Skandinavia; Swiss, Norwegia dan lainnya. Terakhir, tentu saja bagaimana posisi masyarakat Indonesia saat ini.

Kedua, soal kohesi yang terbangun dalam masyarakat kita atau negara-negara lainnya saat ini. yang secara alamiah lahir dalam klan atau suku-suku dari mana seseorang berasal. Prinsip-prinsip hidup yang dimiliki dan dijalankan masyarakat seperti Kasepuhan Ciptagelar di kaki Gunung Halimun atau orang-orang Mee di pedalaman Papua.

Ketiga, yaitu soal kebijaksanaan yang dibangun penduduk suatu negeri. Ini bisa dilihat dan dipelajari dari kisah-kisah kehidupan para raja, dan tokoh-tokoh besar di zamannya.

Pada akhirnya, sejarahpun dapat menjadi media bagi manusia untuk mempelajari manusia lainnya, serta untuk memahami bagaimana sebuah perubahan, termasuk apa yang saat ini kita mamahbiak sebagai revolusi industri 4.0 atau society 5.0.