Hitung-hitungan Impor Daging Sapi

Hitung-hitungan Impor Daging Sapi
Sapi sebagai salah satu sumber protein hewani/ unsplash@colton-jones

MONITORDAY.COM - Ada sejumlah persoalan yang masih dihadapi Indonesia terkait pemenuhan kebutuhan protein hewani. Ketersediaan protein asal hewan khususnya daging sapi dan susu belum mencukupi kebutuhan nasional sehingga sebagian dipenuhi dari impor. Di sisi lainnya konsumsi protein hewani per kapita per tahun masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya.

Disamping itu, konsumsi protein hewani mempengaruhi status gizi (stunting) dan pembangunan kualitas manusia Indonesia. Konsumsi ASF yang beragam (daging ayam, susu, telur dsb) memberikan dampak lebih baik terhadap penurunan prevalensi stunting.

Masalah berikutnya adalah ketidakstabilan harga komoditas peternakan di tingkat peternak menyebabkan penurunan gairah usaha peternakan. Hal ini mengakibatkan Indonesia masih harus tergantung pada pasokan impor. Pengelolaan tata niaga daging sapi menjadi salah satu contoh agenda strategis yang harus diselesaikan.  

Dengan jumlah penduduk sekira 270 juta jiwa kebutuhan protein hewani Indonesia sangat tinggi. Kebutuhan daging sapi dan kerbau di tahun 2021 diperkirakan meningkat menjadi 696.956 ton. Angka ini menunjukkan tingginya kebutuhan yang harus dipenuhi. Bila tak diantisipasi maka harga daging akan melonjak naik dengan cepat bersamaan dengan kelangkaan di pasaran.

Pemerintah memang harus jeli untuk mengatur suplai dan permintaan di pasar. Kemendag menghitung kebutuhan terhadap daging sapi itu lebih kurang sekitar 52.156 ton pada bulan Maret. Stok daging sapi pada Maret 2021 mencapai 70.200 ton. Jumlah itu terdiri dari pasokan impor sebanyak 44.510 ton, pasokan lokal 13.027 ton dan surplus 12.663 ton. Sehingga masih ada neraca sebesar 18.044 ton.

Forecasting demand atau peramalan permintaan menjadi salah satu kuncinya. Dengan demikian jumlah persediaan dapat ditentukan. Strategi terbaik untuk mengkombinasikan minimasi biaya pengadaan dan biaya gudang dapat dilakukan secara rasional dan transparan. Total kebutuhan pada April 2021 diperkirakan hanya sebesar 59.979 ton. Sehingga masih ada sisa atau surplus 12.890 ton daging sapi.

Kemudian pada Mei 2021, ketersediaan total daging hanya mencapai 67.935 ton saja. Jumlah tersebut terdiri dari pasokan impor sebanyak 36.513 ton, pasokan lokal 67.935 ton dan sisa surplus pada April sebanyak 12.810 ton. Sementara total kebutuhan daging sapi pada Mei 2021 sebanyak 76.769. Dengan demikian neraca minus mencapai minus 8.834. Solusinya Impor dalam bentuk sapi hidup dan daging beku.

Sementara itu Kementeraian Pertanian (Kementan) mengklaim produksi dalam negeri di tahun 2021  diperkirakan meningkat dari tahun 2020 yaitu sebesar 425.978 ton. Tahun lalu permintaan sangat terganggu oleh pandemi. Demikian juga dengan ketersediaan dan distribusinya. Banyak hotel dan restoran yang tutup. Aktivitas grocery di supermarket juga sangat terhambat.

Ada carry over daging sapi atau kerbau impor dan sapi bakalan setara daging dari tahun 2020 sebesar 47.836 ton sehingga stok dalam negeri tahun 2021 sebesar 473.814 ton.

Untuk memenuhi kekurangan daging tersebut, pemerintah akan melakukan impor sapi bakalan sebanyak 502.000 ekor setara daging 112.503 ton, impor daging sapi sebesar 85.500 ton, serta impor daging sapi Brasil dan daging kerbau India dalam keadaan tertentu sebesar 100.000 ton.

Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI Fadjar Sumping mengatakan bahwa stok di akhir tahun 2021 diperkirakan sebesar 58.725 ton diharapkan juga mampu memenuhi kebutuhan bulan Januari 2022

Potensi produksi daging sapi dan kerbau dalam negeri di bulan Januari sebanyak 28,79 ribu ton. Sementara, kebutuhan konsumsi kurang lebih sebanyak 56,72 ribu ton. Kondisi defisit ini akan dipenuhi dari stok daging sapi dan kerbau impor dan sapi bakalan.

Stok daging sapi dan kerbau impor per 14 Januari 2021 sekitar 21.98 ribu ton. Rinciannya terbagi di BUMN sebanyak 15,16 ribu ton dan di pelaku usaha/asosiasi sebanyak 6,83 ribu ton. Sementara jumlah stok sapi bakalan di kandang per 14 Januari sebanyak 144.279 ekor atau setara daging 32,33 ribu ton. Ditambah, pada bulan Februari 2021 nanti direncanakan akan dimulai pengapalan sapi dari sumber negara lain yaitu Meksiko untuk menambah stok sapi bakalan di Indonesia. Demikian menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nasrullah.

Kementan (Ditjen PKH) juga sudah mengecek ketersediaan di lapangan dan relative cukup aman sampai dengan kebutuhan lebaran 2021. Soal harga merupakan kewenangan dari Kemendag. Kemendag sudah melakukan komunikasi dengan para feedloter.