Hipmi: Kita Sudah Harus Mulai Tinggalkan Ekonomi Berbasis Sumber Daya Alam

MONITORDAY.COM - Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi), Eka Sastra menyebutkan, ekonomi berbasis sumber daya alam perlu ditransformasikan. Sehingga Indonesia tidak lagi menjadi negara pengekspor sumber daya alam yang tidak memberikan nilai tambah bagi negara dan masyarakat.
"Kita sudah harus mulai meninggalkan ekonomi berbasis sumber daya alam jadi kita mendorong ke arah yang sifatnya hilirisasi industri," kata Eka dalam berbincang dengan redaksi, Senin (15/3/2021) malam.
Ia mencontohkan komoditas seperti nikel yang didorong untuk hilirisasi sampai dengan baterai mobil listrik.
"Misalnya nikel kalau kita masih menjual bahan mentah ke luar negeri itu akan dijadikan sebagai bahan baku bagi industri mereka, sekarang kita menutup ekspor nikel dan kemudian meminta kepada perusahaan-perusahaan makanya masuklah LG dari Korea, CATL (Contemporary Amperex Technology) dari Cina dan beberapa perusahaan lain untuk membangun masuk Indonesia membangun smelter dan juga membangun baterai untuk mobil listrik," jelas Eka.
Komisaris Pupuk Kaltim itu menilai dengan mendorong ke arah yang sifatnya penghiliran industrialisasi, maka ekonomi nasional akan lebih maju, teknologi berkembang, bahkan menjadi negara maju.
"Nah jadi kita tidak lagi bertumpu pada ekonomi yang berbasis sumber daya alam, tetapi ekonomi yang berbasis pengetahuan yang mendorong terjadinya hilirisasi," imbuhnya.
Selain meningkatkan nilai tambah, lanjut Eka, tujuan hilirisasi tersebut untuk mengurangi aspek kerusakan lingkungan.
"Saya sekira itu yang menjadi salah satu desakan hipmi makanya itu mengangkat tema hipmi dan teknologi, dan itulah yang kita coba desakan. Misalnya batu bara tidak lagi kita ekspor atau kita gunakan selain tidak memberikan nilai tambah ekonomi juga merusak lingkungan. Kita mendorong terjadinya gasifikasi," tuturnya.
Disisi lain, Eka menuturkan, batu bara dapat di ubah menjadi berbagai bahan seperti metanol, gas, elpiji, serta bahan baku sumber energi pembangkit listrik gas dan lainnya.
"Ternyata batu bara kita bisa dorong menjadi metanol, bisa menjadi gas, bisa menjadi elpiji, bisa menjadi bahan baku sumber energi bagi pembangkit listrik gas," ujar staff khusus Kepala BKPM itu.
Dia juga mengakui mengekspor bahan mentah Tanah Air adalah sebuah kerugian bagi Indonesia. Apalagi eksportir tak mendapatkan nilai tambah lebih, apabila diolah di dalam negeri keuntungan bisa mencapai puluhan kali lipat dari harga mentahnya.
"Jangan lagi kita memproduksi barang setengah jadi atau bahan mentah untuk kita kirim ke luar negeri. kita harus mendorong industrialisasinya mengikuti langkah-langkah negara yang lain seperti China dan Korea yang mendorong hilirisasi yang membuat mereka bisa menjadi berkembang seperti ini, saya kira itu yang akan menjadi agenda kita kedepan," ungkapnya.