Hadiri Diskusi Kopi Pahit, Begini Paparan Indra Darmawan Soal Potret Investasi 2022

Hadiri Diskusi Kopi Pahit, Begini Paparan Indra Darmawan Soal Potret Investasi 2022
Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indra Darmawan (Dok: Humas Kementerian Investasi dan BPKM)

MONITORDAY.COM - Target Presiden Jokowi agar investasi bisa digenjot mencapai Rp 1.200 triliun cukup beralasan. Hal tersebut ada lantaran pengalaman yang dilalui di 2021 serta upaya hilirisasi yang tengah dilakukan pemerintah saat ini.

Artinya, target itu harus menyentuh angka 22 persen-33 persen agar pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,4 persen hingga 6 persen bisa dicapai. 

Hal ini disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indra Darmawan di diskusi Virtual Kopi Pahit Monday Media Group dengan tema "Potret Investasi 2022", Sabtu (11/12/2022).

Indra mengaku optimis bahwa di 2022, para pelaku usaha sudah mulai beberapa fase, seperti ke fase konsumsi yang sudah beralih ke fase produksi.

Selain itu, adanya beberapa perencanaan investasi yang dihitung sejak 2018 sudah hampir mencapai Rp 2.000 triliun. Biasanya dalam 10 tahun terakhir sepertiga dari rencana tersebut dapat terealisir.

Kemudian, terdapat sekitar Rp 900 triliun nilai investasi dari hampeir 100 perusahaan yang mendapatkan insentif keringanan pajak salah satunya adalah Tax holiday. Sehingga dari insentif tersebut juga pemerintah akan mendorong perusahaan untuk memberikan kontribusi realisasinya.  

Indra juga menyebutkan, sejak November 2019 ada sekitar Rp 708 triliun investasi yang mangkrak. Saat ini sudah terealisasi sekitar Rp 550 triliun. Sehingga sisanya akan bisa didorong lagi realisasi investasinya.

Lebih lanjut, Indra mengelaborasI sejumlah poin penting dari capaian realisasi investasi Triwulan I adalah (i) realisasi investasi di luar Pulau Jawa meningkat 11,7% dibandingkan dengan tahun 2020 pada periode yang sama, (ii) industri manufaktur mendominasi capaian realisasi investasi yaitu industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya; industri makanan; dan industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain, (iii) Negara Swiss dalam pertama kalinya masuk peringkat ke-5 besar PMA tertinggi sebagai kontributor FDI di Indonesia.

Pertumbuhan investasi PMDN pada Triwulan I Tahun 2021 meningkat sebesar 4,2%, dari Rp 103,6 triliun di Triwulan IV Tahun 2020 menjadi Rp 108,0 triliun di Triwulan I Tahun 2021. Investasi PMA pada Triwulan I Tahun 2021 meningkat 14,0% dibanding Triwulan I Tahun 2020 dari Rp 98,0 triliun menjadi Rp 111,7 triliun. 
Realisasi investasi PMA mencapai 50,8% dari capaian realisasi triwulan I tahun 2021.

Berdasarkan laporan kegiatan penanaman modal PMA terbesar untuk periode Januari-Maret 2021 mencakup sektor Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain; Industri Makanan dan Minuman; Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi; Pertambangan; serta Industri Pembuatan Logam Dasar bukan Besi dengan nilai realisasi investasi sebesar US$ 1,8 milliar.

Jawa Barat mendapatkan porsi terbesar dari 5 PMA penyumbang utama capaian realisasi periode ini. 

Yang pertama dari investasi di sektor kendaraan bermotor yang akan memproduksi kendaraan mesin listrik. Yang kedua, pembangunan infrastruktur kereta cepat. 

Kedua proyek ini akan menjadi salah satu batu loncatan meningkatkan potensi Indonesia di mata dunia. Secara pribadi saya yakin pertumbuhan investasi di wilayah lain akan terus meningkat, salah satunya di Jawa Tengah melalui beberapa proyek prioritas di kawasan industri Batang dengan fasilitas dan infrastruktur yang telah disiapkan Pemerintah. 

BKPM juga mencatat, realisasi investasi (PMDN & PMA) berdasarkan lokasi proyek (5 besar) adalah: Jawa Barat (Rp 37,1 triliun, 16,9%); DKI Jakarta (Rp 23,3 triliun, 10,6 %); Jawa Timur (Rp 17,0 triliun, 7,8%); Banten (Rp 14,8 triliun, 6,7%); dan Jawa Tengah (Rp 12,3 triliun, 5,6%).

Pada periode Triwulan I Tahun 2021 realisasi investasi di luar Jawa sebesar Rp 114,4 triliun meningkat 11,7% dari periode yang sama pada tahun 2020 sebesar Rp 102,4 triliun. Sedangkan, realisasi investasi (PMDN & PMA) berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah: Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran (Rp 29,4 triliun, 13,4%), Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya (Rp 27,9 triliun, 12,7%), Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (Rp 25,6 triliun, 11,7%), Industri Makanan (Rp 21,8 triliun, 9,9%), dan Listrik, Gas dan Air (Rp 20,2 triliun, 9,2%).