Grow Up Institute Gandeng Lintas Institusi Tanam 2000 Pohon Mangrove di Pantai Cirebon

MONITORDAY.COM - Jangan pandang remeh tanaman bakau (mangrove) yang berdiri di tepian pantai. Keberadaan hutan mangrove punya sejuta manfaat bagi manusia dan lingkungan sekitar. Penggalan kalimat ini mengemuka saat silaturahim lintas Institusi yang dinisiasi oleh Grow Up Institute di Mangrove Gunung Jati, Kompleks Perumahan Alana Gunung Jati, Cirebon, Rabu (29/9/2021).
General Director Of Strategic And Communication Development Grow Up Institute, Nurul Chamidah memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah menyempatkan waktu hadir melihat penanaman 2000 pohon mangrove di wilayah ini.
Menurut Nurul, kegiatan ini sesuai dengan agenda nasional yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi.
Kepala Negara menargetkan penanaman mangrove di seluruh Indonesia seluas 34 ribu hektare. Dengan keberadaan tanaman tersebut, Ia berharap abrasi dapat dikendalikan serta mendukung eco-wisata khususnya di seluruh pantai utara.
"Apalagi salah satu program unggulan nasional Grow Up Institute adalah Sabuk Hijau Pantai Utara Jawa. Yang tujannya sangat mulia yakni menjaga Pesisir Pantai Utara Jawa ini tetap asri," ucap Nurul kepada monitorday.com.
Sementara itu, Laksma (Pur) Heri Suyanto dari Lajnah Cinta Tanah Air JATMAN mengatakan, peringatan hari ozon internasional ini masih didapati fakta yang miris dengan kondisi pesisir pantai utara yang kian merana.
Hal ini terjadi karena hutan mangrove dibabat untuk kepentingan ekonomis hingga menjamurnya perumahan-perumahan di pesisir pantai. Dampaknya, pelan namun pasti wilayah yang berada di bibir pantai tergerus. Tak menutup kemungkinan, wilayah pesisir bahkan hilang akibat dilalap abrasi.
Karenanya, JATMAN bertekad melakukan reboisasi pantai dengan penanaman bakau untuk mengurangi abrasi air laut ke daratan, melindungi habitat alami biota laut seperti kepiting, bandeng dan burung laut. Tak hanya itu, reboisasi pantai dengan tanaman bakau mampu menjaga ekosistem pantai dan teluk.
"Selain itu, rehabilitasi mangrove diharapkan dapat mengantisipasi perubahan iklim yang tengah terjadi. Dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2019, total luas hutan bakau nasional mencapai 3,31 juta hektare," ungkap Laksma Heri.
Laksma Heri juga mengakui bahwa tak mudah untuk menanam mangrove di lahan yang sudah terlanjur tergerus. Masyarakat perlu menyiapkan alat pemecah ombak agar bibit yang ditanam tak hanyut tersapu gelombang. Juga disiapkan waring sebagai penangkap sedimen yang akan menjadi tempat hidup mangrove.
Kemudian, Ketua LSM Panglaot Yudha Putra, Teuku Fachrudin menambahkan, abrasi memang hanya bisa dilawan oleh penanaman mangrove. Akar pohon mangrove bisa menambah daratan sepanjang beberapa meter jika dilakukan secara kontinyu.
Impian agar kawasan tersebut, bisa dijadikan eko wisata serta kawasan arboretrum pun semakin jauh dari harapan. Di pantai Jadimulaya, katanya, sebelum pohon mangrove mati akibat dihantam gelombang, koleksinya sudah cukup lengkap. Sebelum banyak tanaman mati, untuk menuju arboretrum ini hanya dibutuhkan penanaman 60 persen lagi.
“Namun sekarang, butuh kerja keras lagi. Kita akan terus perbaiki dan menambah kolekasi mangrove, sehingga kawasan arboretrum di pantai Desa Jadimulya bisa tercipta,” ucap Fachrudin
Fachrudin juga sesali adanya pembangunan yang begitu pesat di kawasan pesisir pantai utara membawa dampak yang sangat merugikan, seperti kerusakan ataupun bencana ekologis di kawasan tersebut.
Keadaaan di atas terjadi karena ketidakjelasan pengaturan pemanfaatan kawasan pantai dan pesisir. Terlalu banyak pihak (lembaga mmaupun departemen) terkait dan mungkin mengaitkan diri dengan kawasan ini. Ironisnya pemerintah daerah sendiri sebagai pemilik kawasan boleh dikatakan tidak berdaya dalam mengatur dan memanfatkan kawasan dan pesisir.
Padahal pesisir merupakan wilayah yang sangat berarti bagi kehidupan manusia di bumi. Sebagai wilayah peralihan darat dan laut yang memiliki keunikan ekosistem, dunia memiliki kepedulian terhadap wilayah ini, khususnya di bidang lingkungan dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Hadir pula H. Ali Wahyuno selaku Wakil Ketua Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orda Cirebon yang ikut memberikan pandangan soal mangrove.
Sambung Wahyuno, kawasan hutan mangrove adalah salah satu tempat yang paling nyaman untuk beberapa jenis mahluk hidup dan organisme. Beberapa spesies seperti udang, ikan dan kepiting banyak berkembang biak di kawasan hutan mangrove. Sementara manusia membutuhkan beberapa mahluk hidup tersebut sebagai sumber nutrisi dan bahan makanan yang penting untuk kesehatan.
Manfaat hutan mangrove bagi manusia berguna untuk diolah menjadi berbagai benda hiasan atau kerajinan. Upaya ini sangat penting untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan meningkatkan standar ekonomi pada daerah tersebut.
Luar biasanya lagi, pohon mangrove juga bisa dijadikan sebagai alternatif pengganti makanan ternak. Pohon mangrove yang telah dihancurkan dan digiling menjadi bubuk pakan ternak yang mengandung nutrisi sangat baik untuk pertumbuhan ternak seperti sapi, kambing atau unggas.
Berkaitan dengan itu, pemanasan global memang menjadi ancaman yang sangat serius untuk alam dan manusia. Salah satu cara untuk mencegah atau mengurangi dampak pemanasan global adalah dengan mengembangkan kawasan hutan mangrove. Tanaman mangrove menjadi salah satu penopang pemanasan dari perairan laut. Selain itu mangrove juga berperan untuk mengatasi masalah banjir pada kawasan pesisir.
" Sebenarnya masih banyak lagi soal manfaat dari mangrove ini. Saya ucapkan selamat kepada rekan-rekan yang sudah menanam 2000 pohon mangrove, semoga kedepan, anak cucu kita dapat merasakan apa yang sudah kita lakukan hari ini," pungkas Wahyuno.
Turut hadir pihak yang sudah ikut menyukseskan kegiatan ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Letkol Laut Afif Yuhardi Putera, SE, MM., MA, DANLANAL Cirebon.
2. Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).
3. Kepala Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Cimanuk-Citandeuy.
4. Kolonel Arwani, Lajnah Cinta Tanah Air JATMAN
5. Kolonel Dr. Panji, Fakultas Ketahanan Nasional, Universitas Pertahanan RI.
6. Bramada Winiar Putra, M.Si, Lajnah Ekonomi JATMAN dan Dosen IPB.
7. Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se Indonesia (ICMI) Cirebon.
8. Ketua Forum Bisnis Cirebon.
9. Arif Nurudin selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC)
10. Komunitas Mahasiswa Lintang Nuswantara.
11. Dr. Endah Nurhawaeny Kardiyanti, SE Akt, MM Pakar Pemberdayaan Masyarakat UMC
Dipenghujung kegiatan, seluruh peserta dan para tokoh menikmati gurihnya makanan pesisir laut pantai utara dengan tiupan angin yang membuat suasana semakin syahdu.