Gawat! Silent Killer Mengintai dan Mengancam Saat #DiRumahAja
Setiap aktivitas di dalam rumah perlu dicermati dampaknya bagi kesehatan tubuh. Jika tidak cermat, dapat mengancam kesehatan tubuh dan bahkan buruknya lagi dapat berakibat pada kematian. Inilah yang disebut dengan silent killer, tidak dapat dilihat, disentuh, ataupun bisa jadi tidak dapat dirasakan, namun mematikan secara diam-diam dan perlahan.
MONITORDAY.COM - Bahaya atau kondisi yang tidak diinginkan untuk terjadi dan dapat mengakibatkan suatu kerugian atau hal yang buruk, dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan terhadap siapa saja selama potensi terjadinya bahaya tersebut tidak diketahui dan dikendalikan dengan cepat dan tepat.
Oleh karena itu, bukan berarti ketika kita lebih banyak beraktivitas di dalam rumah, kita tidak perlu waspada akan bahaya di sekitar kita. Bahaya yang tidak kita ketahui keberadaannya, tetapi melekat dalam setiap aktivitas kita saat di rumah.
Alih-alih menutup setiap ruangan di dalam rumah secara rapat dan menggunakan pendingin ruangan seperti AC, menjadi alasan supaya kita terhindar dari polusi udara seperti debu dan kebisingan dari luar ruangan atau rumah yang dianggap mengganggu dan dirasa akan lebih nyaman dilakukan karena lebih tenang dan privasi kita tetap terjaga.
Namun, tahukah kalian, bahwa dibalik kenyamanan tersebut, ada bahaya yang mengintai dan mengancam kesehatan tubuh kita dan buruknya lagi dapat mengakibatkan kematian?
Tidak terlihat, tidak tersentuh, namun melekat dalam setiap aktivitas kita, yaitu pencemaran udara dalam ruangan (indoor air pollution) melalui polutan (bahan/zat pencemar) udara yang tanpa kita sadari sering kita produksi atau dekat dengan benda-benda di sekitar kita.
Aktivitas-aktivitas tersebut antara lain dari asap rokok, gas hasil pembakaran seperti dari memasak, penggunaan semprotan anti bakterial/nyamuk, mobil/motor yang dipanaskan di dalam rumah/garasi yang minim sirkulasi udara yang baik, dan benda/material bangunan rumah yang berbahaya seperti asbes dan cat rumah yang tidak ramah lingkungan.
Silent killer
Dalam jangka waktu yang panjang, polusi udara yang kita hirup dan terpapar ke dalam tubuh kita, dapat meningkatkan risiko penyakit-penyakit tidak menular, seperti stroke, kanker paru-paru, hingga penyakit jantung.
Sementara itu, dalam jangka waktu yang pendek, paparan polusi udara dapat menjadi salah satu penyebab gangguan kesehatan di kehidupan sehari-hari. Misalnya, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), gangguan saluran pernapasan (asma), hingga pneumonia atau paru-paru basah.
Inilah mengapa polusi udara dijuluki sebagai silent killer alias si pembunuh dalam senyap, karena dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan serius tanpa disadari pemilik tubuh.
Bahkan, data World Health Organization (WHO) pada 2018 memperkirakan 7 juta orang meninggal setiap tahun akibat polusi udara.
Hal sederhana yang sering terjadi akibat paparan polusi udara tersebut yaitu kita sering merasa pusing ataupun cepat merasa lelah. Karena udara bersih yang semestinya dihirup oleh paru-paru, didominan oleh polutan pencemar udara.
Gas yang sangat berbahaya akibat polusi udara dalam ruangan (rumah) yang minim akan sirkulasi udara yang baik yaitu gas CO atau karbon monoksida. Gas ini amat sangat mematikan bagi kesehatan tubuh.
Keracunan karbon monoksida dapat terjadi secara tidak sengaja atau dengan sengaja untuk bunuh diri. CO adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau dan juga awalnya tidak menyebabkan iritasi. Gas ini dihasilkan dari pembakaran materi organik yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor, pemanas, atau alat memasak yang menggunakan bahan bakar berbasis karbon.
Karbon monoksida merupakan senyawa yang beracun karena dapat menyatu dengan hemoglobin untuk membentuk karboksihemoglobin (HbCO) yang membuat darah tidak dapat mengangkut oksigen.
Kemudian polutan berbahaya yang lainnya yaitu PM 2.5 atau partikel-partikel halus yang berukuran kurang dari 2.5 mikron (mikrometer) yang jika terhirup oleh paru-paru melewati jumlah ambang batas yang dapat diterima oleh tubuh, juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Pencegahan yang dapat dilakukan
Sirkulasi udara di dalam rumah yang baik adalah kunci untuk mencegah pencemaran udara yang berlebih. Membuka jendela-jendela rumah dan mengoptimalkan ventilasi-ventilasi/jalur masuk keluarnya udara yang ada, dapat menjadi media pertukaran udara yang baik agar udara dalam rumah tidak menumpuk dan minim udara yang bersih untuk dihirup.
Selain itu, kita juga dapat memenuhi atau menanam tanaman-tanaman hijau di halaman rumah supaya semakin baik lagi udara yang tersirkulasi dan lebih banyak mengandung udara bersih seperti O2 atau oksigen.
Kemudian disarankan juga untuk tidak sering menggunakan semprotan anti bakterial/nyamuk atau sejenisnya, karena terkandung zat kimia yang berbahaya jika terhirup. Apabila perlu dilakukan, maka setelah disemprot, ruangan tersebut tidak boleh langsung dihuni, melainkan tunggu hingga 30 menit - 1 jam dan jangan menyemprotnya tepat di atas benda-benda yang sering kita gunakan seperti kasur atau sofa, karena zat kimia yang dihasilkan dapat menempel dan berpotensi untuk kita hirup.
Karena kita dibatasi dengan banyak aktivitas di rumah, bukan berarti produktivitas dan pengetahuan kita akan informasi-informasi penting juga ikut dibatasi. Setiap aktivitas yang kita lakukan, patut kita cermati lebih dalam, supaya dapat meminimkan risiko negatifnya dan memaksimalkan potensi yang positifnya.