Filosofi Kodok Mbak Mega

Filosofi Kodok Mbak Mega
Kali Code, Yogyakarta/Net.

SELEPAS Bung Karno dibuang ke Bangka, Fatmawati pernah marah besar kepada Belanda. Gara-garanya, Belanda memintanya tinggal di Istana Yogyakarta.

Fatmawati terang saja menolak permintaan konyol itu. Ia tak ingin bergantung hidup pada orang lain. Lalu memilih tinggal di sebuah rumah mungil di dekat Kali Code.

Di tengah situasi yang diwarnai beberapa kali serangan pihak sekutu, hidup fatmawati dan anak-anaknya tak lebih baik. Namun ia tetap memegang prinsip hidupnya. Fatmawati punya kemandirian dan semangat hidup tinggi. Pantang baginya bergantung pada orang lain, apalagi musuh.

Semangat yang di kemudian hari mengalir deras dalam diri puterinya, Megawati Soekarnoputri. Yah, bagi sosok Ketua Umum Partai PDI Perjuangan ini, Ibu adalah pusat kehidupan.

Hebatnya, meski hidup yang dijalaninya amat keras tak lantas membuatnya menjadi sosok yang keras pula. Sebaliknya, Megawati merupakan sosok yang hangat. Sesekali malah jadi sosok yang melankolis.

Di sela kegiatannya membina para kader partai Megawati tetaplah seorang ibu yang memiliki aktivitas lain di luar lingkup perpolitikan tanah air. Suatu waktu dia pernah memasak nasi goreng sebagai media diplomasi dengan mantan rivalnya selama dua periode, Prabowo Subianto.

Di waktu yang lain, Mbak Mega, sapaan akrabnya, sangat gemar berkebun. Bunga yang sangat dia favoritkan adalah Anggrek. Menata dan menyiangi bunga setiap hari membuat Megawati memiliki pengalaman batin dengan beberapa jenis hewan yang mampir ke kebunnya.

"Saat berkebun, kita bisa bertemu capung, kodok, kupu-kupu, bertemu taman air," kata Megawati.

Dalam bukunya 'Merawat Pertiwi, Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam' Mega menuturkan Filosofi dari beberapa hewan yang ia temui. Ketika kupu-kupu menghampiri bunga-bunganya, Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional ini tertegun, Kupu-kupu menurutnya memiliki siklus hidup yang ringkas.

Daur hidup kupu-kupu mulai dari telur, kemudian menetas berubah jadi ulat dan selanjutnya berubah menjadi kepompong. Masa kepompong akan berlangsung beberapa hari sebelum menjadi kupu-kupu kecil dan kupu-kupu dewasa.

"Makanannya pun bahan pilihan dan selalu membantu proses penyerbukan tanaman," papar Mega.

Apa maknanya? Bagi Mega kupu-kupu selain sedap dipandang mata juga memiliki peran penting dalam sebuah ekosistem, untuk menghisap madu dan sari buah, dan menyebarkan telurnya untuk memberi makan kepada makhluk lain.

Mega lantas berfikir, negara hendaknya bersikap seperti kupu-kupu dalam memberikan kebutuhan pokok bagi rakyatnya. Dari kupu-kupu kita mesti belajar soal kedaulatan pangan. Jangan hanya berpikir ketahanan pangan.

"Kalau ketahanan pangan, makanan kurang maka kita impor. Kalau kedaulatan pangan, segala hal yang ada di negara kita yang dapat dimakan kita oleh dengan maksimal, dan justru oleh sebab itu kita bisa mengekspor bahan makanan tersebut," kata Megawati.

Selanjutnya, Mega juga berpesan dalam bukunya agar tidak meremehkan hewan seperti kodok. Bukan rahasia umum, kalau kader partai terbaiknya, yaitu Presiden Joko Widodo kerap dilecehkan oleh lawan politiknya seumpama binatang amfibi itu.

Tapi, lagi-lagi, Megawati merupakan sosok ibu yang bijak, justru nyinyiran itu dijadikan bahan bersikap bijak. Bahwa Kodok adalah hewan yang bertugas membersihkan alam dari hama mengganggu seperti nyamuk. Kodok akan memakan jentik dan nyamuk, salah satu serangga yang bisa menjadi perantara berbagai jenis penyakit.

Terakhir, tokoh penting Reformasi ini menekankan kepada para kadernya untuk menjauhi tindak pidana korupsi. Berangkat dari keprihatinan beberapa kader partainya yang terlibat laku tidak terpuji itu, Mega sebagai ibu yang mengayomi anak-anaknya berpesan agar hidup sederhana seperti kunang-kunang.

Kunang-kunang itu indah, kerlap-kerlip di malam hari. Namun, syarat untuk dia hidup adalah udara yang bersih. Kunang-kunang buat Mega merupakan hewan pendeteksi udara paling akurat.

Selama dua minggu kunang-kunang akan bereproduksi, selebihnya dia akan berada di tanah, berdiam diri, hingga udara yang terpancar keluar bagus kualitasnya.

Kunang-kunang, menurut Mega, bisa menjalankan hidup yang prihatin, meski tugasnya di dunia terbilang singkat. Itu bermakna, hidup jangan neko-neko, bahwa uang hasil kejahatan korupsi tidak akan dibawa mati. Hiduplah dalam 'udara' yang bersih seperti yang ditunjukkan oleh kunang-kunang.

"Semuanya itu hanya binatang. Tapi filosofinya sangat tinggi. Kita ini, dikasih pikiran, malah jadi penjahat. Mereka hatinya suci, hanya untuk melaksanakan tugas Allah SWT. Jadi pada eling, ya," kata Bu Mega, Presiden kelima Republik Indonesia ini.

Penulis: Renol Rinaldi
Editor: Ma'ruf Mutaqin
Riset dan Data: Ari Susanto, Taufan Agasta