Faisal Basri : Geser APBN untuk Bantuan Tunai Atasi Pengangguran
Perang panjang terhadap wabah virus Corona ada di depan mata. Ekonomi global dipastikan akan terpukul dahsyat. Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberi isyarat bahwa dampak ekonomi pandemi global ini lebih kuat daripada Depresi Ekonomi di masa lalu. Negara besar mengalami tekanan apalagi negara berkembang yang sedang berusaha menggapai kemajuan ekonomi seperti Indonesia.

MONDAYREVIEW.COM – Perang panjang terhadap wabah virus Corona ada di depan mata. Ekonomi global dipastikan akan terpukul dahsyat. Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberi isyarat bahwa dampak ekonomi pandemi global ini lebih kuat daripada Depresi Ekonomi di masa lalu. Negara besar mengalami tekanan apalagi negara berkembang yang sedang berusaha menggapai kemajuan ekonomi seperti Indonesia.
Jika pandemik berkepanjangan, jumlah penganggur tentu bakal lebih tinggi, berpotensi menembus dua digit seperti yang terjadi tahun 2005. Belum lagi dengan memperhitungkan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri yang terpaksa kembali ke tanah air akibat pandemik global. Demikian pendapat ekonom Faisal Basri dilansir dari laman faisalbasri.com.
Tingkat pengangguran yang tinggi harus diantisipasi. Dari segala aspek. Baik ekonomi maupun kemungkinan gejolak sosial yang menyertainya. Suara perut lapar akan mengalahkan kecemasan pada ancaman penyebaran wabah.
Lebih lanjut menurut pendapat Faisal Basri dapat dirangkum sebagai berikut :
#1. Jika dilihat secara sektoral, pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan merupakan penyerap terbanyak tenaga kerja. Sekitar 18,5 juta pekerja diserap oleh industri pengolahan. Di sektor pertanian orang masih bisa mendapat prioritas untuk terus bekerja. Demikian pula perdagangan khususnya yang terkait dengan komoditas.
Kelompok pekerja ibdustri pengolahan paling rentan karena hampir semua tidak bisa bekerja dari rumah (WFH). Selain itu sektor ini terdisrupsi oleh sistem mata rantai pasokan global dan kemerosotan nilai tukar rupiah.
#2. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan kebanyakan perusahaan hanya bisa bertahan sampai bulan Juni. Ini menunjukkan betapa pendeknya waktu untuk bertahan. Jika puncak pandemi terjadi di bulan Mei dan belum menunjukkan tanda-tanda mereda di bulan Juni maka berbagai pembatasan akan sangat menyulitkan dunia usaha dan dunia industri.
#3. Pemetaan yang seksama atas profil ketenagakerjaan akan sangat membantu untuk meredam keresahan sosial. Bukan dengan kursus atau pelatihan online tentunya. Yang paling dibutuhkan adalah cash transfer agar mereka bisa bertahan hidup. Setidaknya butuh dana untuk itu sampai Agustus-Desember.
#4. Realokasi anggaran. Segala pembangunan fisik harus ditinjau ulang. Pembangunan ibukota baru sangat bisa ditunda sampai setidaknya lima tahun ke depan. Anggaran pertahanan sangat memungkinkan dipangkas separuhnya dari Rp122,4 triliun. Juga anggaran kementerian PUPR yang berjumlah Rp95,6 triliun. Alihkan separuhnya untuk infrastruktur terkait dengan penguatan sumber daya manusia.
Pemetaan profil ketenagakerjaan yang ditindak lanjuti dengan bantuan tunai diharapkan akan menyelamatkan rakyat yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Dan hal itru bisa dilakukan dengan menggeser besar-besaran rencana anggaran yang tertuang dalam APBN 2020.