Etnopedagogik Pendas, Kajian Ilmiah Yang Mengangkat Kearifan Etnik
Mata Kuliah Etnopedagogik Pendidikan dasar yang diampu oleh Dr. H. Mamat Supriatna, M.Pd telah mengisi oase pemikiran mahasiswa guna mengkaji kemudian menyerap sebagai khazanah keilmuan yang luhur.

MONITORDAY.COM – Mata kuliah Etnopedagogik di perkuliahan doktoral Pendidikan Dasar (Pendas) Universitas Pendidikan Indonesia sangat menarik untuk dikaji.
Betapa tidak, mata kuliah ini membuka cakrawala mahasiswa mampu memahami bagaimana budaya lokal dapat diagungkan sebagai nilai-nilai pengajaran yang memiliki implikasi positif bagi pengembangan ilmu dan praksis pendidikan dasar.
Mata Kuliah Etnopedagogik Pendas yang diampu oleh Dr. H. Mamat Supriatna, M.Pd telah mengisi oase pemikiran mahasiswa guna mengkaji kemudian menyerap sebagai khazanah keilmuan yang luhur.
“Realitas pendidikan bagi siswa SD dan SMP, sejatinya berangkat dari nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) daerah tempat tinggal siswa itu sendiri,” kata Dr. Mamat saat memaparkan Etnopedagogik Pendas secara virtual, Rabu (28/10/2020).
Etnopedagogik Pendas yang dihadirkan dalam perkuliahan daring ini, menyuguhi ragam isu kajian etnopedagogik dalam konteks keindonesiaan yang bhinneka.
Substansi Etnopedagogik di bedah secara gamblang dengan pendekatan ontologis, epistemologis, dan aksiologis etnopedagogik, serta kebermanfaatannya bagi pengembangan ilmu dan praksis pendidikan dasar, sehingga menambah nutrisi motivasi mahasiswa untuk menyelami lebih dalam terhadap mata kuliah ini.
Etnopedagogik secara epistemologis, memandang khasanah kearifan lokal (local knowledge, local wisdom) berupa buah pikiran/pepatah, budaya, seni, kuliner, bahasa, dan lainnya, sebagai sumber inovasi yang dapat diberdayakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Menariknya, mata kuliah ini hanya mengkaji, mendeskripsikan dan menyajikan kajian ilmu. Tidak ada tendensi yang mengarah pada justifikasi sebuah keragaman. Hal ini penting untuk menghindari persepsi pembenaran subjektivitas atau klaim yang tidak mendasar.
Mengikuti mata kuliah bersama Dr, Mamat, layaknya menyeruput kopi khas nusantara. Setiap seruput ilmu yang menyeruak sangat terasa, kentalnya ilmu yang diberikan pun membuat mahasiswa selalu ingin tahu setiap kajian Etnopedagogik. Tampaknya, racikan materi yang disuguhi, tidak hanya untaian narasi tapi literasi produktif yang terpatri di lubuk hati.
Selain itu, mahasiswa juga mampu memahami secara kritis etnopedagogik sebagai bagian dari kajian pedagogik (baik secara ilmiah maupun praktis) dan mampu bersikap positif terhadap nilai-nilai etnik yang ada.
Paradigma yang terbangun di mata kuliah ini pun luar biasa, membentuk cara pandang seseorang melihat dunia, tempat berkumpulnya berbagai perbedaan dan bisa hidup bersama keragaman. Dengan begitu, penguatan kapasitas keilmuan entitas manusia yang beragam pun semakin mumpuni.
"Mendidik mahasiswa agar memiliki mental bangga dan membangun pandangan “cinta kearifan lokal” memang sangat dibutuhkan, menyusul berbagai efek globalisasi yang mengikis nilai luhur kearifan etnik yang dianut oleh masyarakat," ungkap Dr. Mamat yang dikenal sangat ramah.
Karenanya, Etnopedagogik menjadi salah satu kajian yang cukup relevan untuk menggali nilai etnik agar tidak lekang oleh waktu.
Mata kuliah ini juga menguatkan paradigma mahasiswa untuk melakukan rekonstruksi pemahaman akan keragaman etnis sebagai blessing gifted dari Yang Maha Kuasa.
Puncaknya, mata kuliah ini membentuk mahasiswa yang cakap dalam memanfaatkan kajian Etnopedagogik untuk mengembangkan teori dan praktik pendidikan dasar.
Perlu diketahui, perkuliahan ini dirancang dalam bentuk kombinasi kuliah daring, diskusi, kajian lapangan dan penulisan artikel.
Editor : Natsir Amir
Kontributor : Dianasari